![]() Tuhan memberkati Anda, terus berdoa Tuhan menyertai dan Dia menepati semua janji-Nya. 9 April 2022 Apa saja nama dan gelar Yesus Kristus?Ada sekitar 200 nama dan gelar Kristus yang dapat kita temukan di Alkitab. Berikut ini adalah nama dan gelar yang lebih menonjol dari yang lainnya, dibagi menjadi tiga bagian yang berkaitan dengan nama-nama yang mencerminkan sifat dasar Kristus, posisi Yesus dalam Trinitas, dan karya-Nya di dunia untuk umat manusia. Sifat Dasar Kristus Batu Penjuru: (Ef 2:20) – Yesus merupakan batu penjuru dari sebuah bangunan, yaitu gereja-Nya. Dia menyatukan orang Yahudi dan non-Yahudi, perempuan dan laki-laki, semua orang kudus dari segala masa dan tempat, bersama-sama ke dalam sebuah bangunan yang dibangun di atas iman semua orang yang percaya kepada-Nya. Yang sulung dari semua yang diciptakan: (Kol 1:15) – Bukan berarti Yesus adalah hal pertama yang diciptakan Allah, seperti yang sering disalahpahami, karena ayat 16 menyatakan segala sesuatu diciptakan oleh dan untuk Kristus. Sebaliknya, Yesus menempati peringkat dan keunggulan sebagai yang sulung atas segala sesuatu, bahwa Dia berada di peringkat yang maha mulia di dunia ini; Dia lebih unggul dari segala sesuatu; Dia adalah kepala dari segala sesuatu. Kepala Gereja: (Ef 1:22; 4:15; 5:23) – Yesus Kristus, bukanlah seorang raja atau seorang paus, namun merupakan satu-satunya yang tertinggi, penguasa Gereja yang berdaulat – bagi mereka yang telah Dia tebus dosanya dengan mati di kayu salib dan bagi mereka yang sudah dianugerahi iman-yang-menyelamatkan. Yang Kudus: (Kis 3:14; Mzm 16:10) – Kristus itu kudus, baik dalam keilahian-Nya maupun dalam kemanusiaan-Nya, dan merupakan sumber kekudusan bagi orang-percaya. Dengan kematian-Nya, kita telah disucikan dan dikuduskan di hadapan Allah. Hakim: (Kis 10:42; 2 Tim 4:8) – Tuhan Yesus telah ditentukan oleh Allah untuk menjadi hakim atas dunia ini dan kelak untuk memberikan upah yang kekal. Raja segala raja dan Tuan segala tuan: (1Tim 6:15; Why 19:16) – Yesus memiliki kuasa atas segala otoritas di atas bumi, di atas semua raja dan penguasa, tidak ada yang bisa menghalangi Dia untuk mencapai semua tujuan-Nya. Dia memerintah segala sesuatu sesuai kehendak-Nya. Terang Dunia: (Yoh 8:12) – Yesus datang ke dunia yang telah gelap oleh dosa untuk memberikan terang kehidupan dan kebenaran melalui karya dan firman-Nya. Mereka yang percaya kepada-Nya akan dibukakan matanya oleh Dia dan berjalan di dalam terang. Raja Damai: (Yes 9:6) – Yesus datang bukan untuk membawa damai ke dalam dunia dalam arti tidak ada peperangan lagi, namun damai yang dibawa adalah perdamaian antara Allah dan manusia yang telah terpisah oleh dosa. Dia mati untuk mendamaikan orang berdosa dengan Allah yang kudus. Anak Allah: (Luk 1:35; Yoh 1:49) – Yesus adalah “Anak Tunggal Bapa” (Yoh 1:14). Digunakan sebanyak 42 kali dalam Perjanjian Baru, gelar “Anak Allah” menegaskah keilahian Kristus. Anak manusia: (Yoh 5:27) – Digunakan sebagai kebalikan dari “Anak Allah”, frasa ini menegaskan natur kemanusiaan Kristus seiring dengan natur ilahi-Nya. Firman: (Yoh 1:1; 1 Yoh 5:7-8) – Firman merupakan Pribadi kedua dalam Tritunggal. Yang ketika mengatakan jadi maka terjadilah. Yang menjadikan segala sesuatu dari ketiadaan pada proses penciptaan. Yang sudah ada sejak permulaan bersama Allah Bapa. Yang adalah Allah, yang menjadikan segala sesuatu. Firman Allah: (Why 19:12-13) – Nama yang diberikan kepada Kristus ini tidak diketahui oleh seorangpun, kecuali Dia sendiri. Nama ini menunjukkan misteri dari Pribadi keilahian-Nya. Firman Hidup: (1 Yoh 1:1) – Yesus tidak hanya berbicara mengenai firman yang memimpin kepada hidup yang kekal, namun berdasarkan ayat ini Yesus sendiri adalah Firman hidup yang sebenarnya, berkaitan dengan sukacita dan kepenuhan dalam hidup kekal yang Dia sediakan. Posisi Yesus dalam Trinitas Alfa dan Omega: (Why 1:8; 22:13) – Yesus menyatakan diri-Nya sebagai awal dan akhir dari segala sesuatu, sebuah referensi yang mengacu kepada Allah yang sejati, dan bukan yang lain. Pernyataan mengenai kekekalan ini hanya berlaku bagi Allah. Immanuel: (Yes 9:6; Mat 1:23) – Secara harfiah berarti “Allah menyertai kita.” Baik Yesaya maupun Matius menegaskan bahwa Kristus yang akan lahir di Betlehem adalah Allah sendiri yang datang ke dunia dalam bentuk manusia untuk hidup di antara umat-Nya. AKU: (Yoh 8:58, dengan Kel 3:14) – Saat Yesus merujuk gelar ini pada diri-Nya sendiri, orang Yahudi berusaha untuk melempari Dia dengan batu karena dianggap telah menghujat Allah. Mereka memahami bahwa Dia sedang menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang kekal, Yahweh dari Perjanjian Lama yang tidak berubah. Tuhan dari semua orang: (Kis 10:36) – Yesus adalah penguasa yang berdaulat atas seluruh bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, atas semua bangsa di dunia, dan khususnya atas orang-orang yang telah dipilih-Nya, baik orang non-Yahudi maupun Yahudi. Allah yang Benar: (1 Yoh 5:20) – Ini merupakan pernyataan tegas yang langsung menyatakan Yesus, adalah Allah yang benar, bukan hanya ilahi, tapi Yang Ilahi. Karena Alkitab menyatakan bahwa hanya ada satu Allah, maka hal ini menjelaskan sifat-Nya sebagai anggota dari Tritunggal. Karya-Nya di dunia Penulis dan Penyempurna Iman Kita: (Ibr 12:2) – Keselamatan dianugerahi melalui iman yang dikaruniakan dari Allah (Ef 2:8-9). Yesus merupakan pemberi dan penyempurna dari iman itu sendiri. Dari awal hingga akhir, Dialah sumber dan penopang bagi iman yang akan menyelamatkan kita. Roti Hidup: (Yoh 6:35; 6:48) – Sebagaimana roti dapat menopang kehidupan kita secara fisik, Yesus merupakan Roti yang akan memberikan dan menopang hidup yang kekal. Allah menyediakan manna di padang gurun untuk memberi makan umat-Nya. Dia menyediakan Yesus supaya bisa memberikan kita hidup yang kekal melalui tubuh-Nya, yang dipecah-pecahkan untuk kita. Mempelai Laki-laki: (Mat 9:15) – Gambaran Kristus sebagai Mempelai laki-laki dan Gereja sebagai mempelai wanita menunjukkan betapa istimewa hubungan yang kita miliki dengan Dia. Kita terikat satu dengan yang lain dalam sebuah perjanjian kasih karunia yang tidak dapat dipatahkan. Pembebas: (Rm 11:26) – Sebagaimana orang Israel membutuhkan Allah untuk membebaskan mereka dari perbudakan bangsa Mesir, Kristus merupakan Pembebas kita dari perbudakan dosa. Gembala yang Baik: (Yoh 10:11, 14) – Di jaman Yesus berkhotbah, gembala yang baik bersedia untuk membahayakan hidupnya demi melindungi domba-dombanya dari pemangsa. Yesus menyerahkan nyawa-Nya untuk domba-domba-Nya. Dia merawat, memelihara serta memberi kita makanan. Imam Besar: (Ibr 2:17) – Imam besar bangsa Yahudi memasuki Kemah Suci setahun sekali untuk melakukan pendamaian bagi dosa-dosa umatnya. Tuhan Yesus melakukan pendamaian bagi umat-Nya, sekali untuk selamanya di atas kayu salib. Anak Domba Allah: (Yoh 1:29) – Hukum Allah mengharuskan anak domba yang tak bercacat cela sebagai korban pendamaian atas dosa. Yesus menjadi Anak Domba yang dibawa ke pembantaian, menunjukkan ketabahan-Nya dalam menghadapi penderitaan dan kerelaan-Nya untuk mati bagi umat-Nya. Pengantara: (1 Tim 2:5) – Pengantara adalah seseorang yang berada di tengah dua pihak untuk mendamaikan mereka. Kristus merupakan satu-satunya Pengantara yang mendamaikan manusia dan Allah. Berdoa kepada Maria dan orang kudus merupakan bentuk penyembahan berhala karena mengabaikan peran Kristus yang paling penting dan menganggap orang lain bisa berfungsi sebagai Pengantara. Batu Karang: (1 Kor 10:4) – Sebagaimana air yang memberi kehidupan mengalir dari bukit batu yang dipukul Musa di padang gurun, Yesus merupakan Batu Karang yang dari-Nya mengalir air kehidupan yang kekal. Dia adalah batu karang dimana kita dapat membangun rumah rohani kita, sehingga tidak akan akan badai yang mampu meruntuhkannya. Kebangkitan dan Hidup: (Yoh 11:25) – Upaya untuk membangkitkan orang berdosa menuju kehidupan yang kekal diwujudkan oleh Yesus, sebagaimana Dia telah dibangkitkan dari kubur. Dosa kita telah dikubur bersama Dia, dan kita akan dibangkitkan untuk berjalan dalam hidup yang baru. Juru Selamat: (Mat 1:21; Luk 2:11) – Dia menyelamatkan umat-Nya dengan mati untuk menebus mereka, dengan mengaruniakan Roh Kudus untuk memperbaharui mereka dengan kuasa-Nya; dengan memampukan mereka untuk melawan musuh rohani mereka; dengan menopang mereka saat dalam pencobaan dan kematian; dan dengan mengangkat mereka pada hari penghakiman. Pokok Anggur yang Benar: (Yoh 15:1) – Pokok Anggur yang Benar menyediakan apa yang diperlukan oleh cabang (orang-percaya) untuk menghasilkan buah-buah Roh – menyediakan air kehidupan hasil dari keselamatan dan makanan dari Firman Tuhan. Jalan, Kebenaran dan Hidup: (Yoh 14:6) – Yesus adalah satu-satunya jalan kepada Allah, satu-satunya Kebenaran dalam dunia yang penuh dengan dusta, dan satu-satunya sumber sejati dari kehidupan kekal. Yesus adalah perwujudan dari ketiga hal tersebut, baik di dunia yang fana ini maupun untuk kekekalan. Jika saya menyatakan diri sebagai pengikut agama Kristen, saya akan diusir keluarga saya, dan saya akan dianiaya. Apakah saya masih perlu mengikuti Yesus?Pertanyaan Jawaban Berpindah agama mengikut Yesus Kristus berarti menjadi pengikut Yesus melalui iman (Yohanes 10:26-30). Walaupun massa mengerumuni Yesus, sebagian besar dari mereka bukanlah pengikut-Nya yang sejati. Mereka hanya ingin dipulihkan penyakitnya, melihat setan dan roh jahat diusir, dan makan jatah roti yang Ia datangkan secara mujizat. Yesus menghimbau mereka akan harga mengikuti-Nya. "Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: 'Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus'" (Markus 8:34-38). Apakah Anda akan mengikuti nafsu kedagingan, ataukah Anda siap menyangkal diri dan mengikut Yesus? Apakah Anda lebih menghargai kehidupan jasmani atau kehidupan kekal? Yang manakah yang lebih Anda inginkan, barang di dunia ini atau keselamatan jiwa? Apakah Anda takut menanggung malu karena Yesus ataukah Anda takut Yesus malu akan Anda? Anda akan mengejar apa yang menjadi harta Anda. Anda pergi bekerja dan berkeringat karena Anda tahu bahwa imbalan gaji lebih bernilai dibanding bermalas-malasan di rumah. Yesus Yesus memanggil Anda, Anda akan mengikuti-Nya, dalam pengetahuan bahwa kehilangan hidup jasmani ini tidak dapat dibandingkan dengan keuntungan kehidupan yang kekal. Apakah Anda hendak mengikuti Yesus? Perhitungkan harganya (Lukas 14:25-33): • Mengikuti Yesus harganya adalah kehidupan Anda. Yesus menghimbau bahwa Anda harus menyangkal diri, dan memikul salib. Mereka yang menolak salib tidak dapat menjadi murid Kristus (Lukas 14:27). • Mengikuti Yesus dapat mengakibatkan kehilangan teman dan keluarga. Yesus menghimbau bahwa kedatangan-Nya akan memisahkan pengikut-Nya dari keluarga, kerabat, maupun dunia. Siapapun yang tidak membenci (dalam konteks lebih mengasihi) keluarganya dibanding Kristus tidak layak bagi Kristus (Matius 10:32-39). • Mengikuti Yesus dapat mengakibatkan kehilangan harta benda. Seorang kaya pada suatu waktu berpikir ia layak masuk surga. "Kata Yesus kepadanya: 'Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku'" (Matius 19:21). Karena ia lebih mengasihi harta benda, orang kaya itu meninggalkan Yesus. • Mengikuti Yesus dapat mengakibatkan penganiayaan. Orang Kristen dapat mengharapkan penderitaan sebagai suatu bagian hidup sesuai dengan teladan mereka, "orang yang sengsara" (baca Yesaya 53 dan Yohanes 15:18-21). Yesus malah menghimbau mereka yang dianiaya karena kebenaran: "berbahagialah," dan berkata kepada mereka "bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu" (Matius 5:10-12). Umat Allah selalu berhadapan dengan penganiayaan. Para nabi dibenci, disiksa, dan dibunuh (Ibrani 11:37). Sejarah merekam bahwa sepuluh murid Yesus dihukum mati karena mengabarkan Injil Kristus. Tradisi mengatakan bahwa Petrus bersikeras supaya dirinya disalib terbalik karena ia menganggap dirinya tidak layak mati serupa dengan Tuhannya. Namun, Ia menulis, "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu" (1 Petrus 4:14). Rasul Paulus dipenjara, dipukuli, mengalami kapal karam, dan dirajam berulang kali karena mengkhotbahkan Kristus, tetapi ia tidak menganggap penderitaannya sebanding dengan pahala yang ia nantikan di firdaus (Roma 8:18). Tentunya mengikuti Yesus tidak memastikan Anda akan kehilangan harta benda, keluarga, kerabat, ataupun hidup jasmani; tapi, apakah Anda siap kehilangan semuanya demi Dia? Walaupun harga pemuridan yang harus dibayar begitu tinggi, penganiayaan yang diderita bukan tanpa pahala di dunia ini maupun di surga. Melalui penganiayaan, Tuhan menyertai para orang percaya (Matius 28:20; Ibrani 13:5); Ia mengetahui batasan mereka dan memberi kasih karunia (1 Korintus 10:13; 2 Korintus 12:9); Ia memberi imbalan mereka di surga (Matius 5:10-12); Ia mengerjakan penganiayaan bagi kebaikan, serta membentuk karakter orang percaya dan memuliakan DiriNya (Roma 8:28). Semua imbalan ini jauh melampaui harga mengikuti Yesus! Yesus menderita dan mati di atas kayu salib demi menerima hukuman dosa orang percaya. Satu-satunya cara pengampunan dan hidup yang kekal dapat ditemui melalui iman dalam Tuhan Yesus (Efesus 2:8-9). Walaupun bertahan dalam penganiayaan sebagai orang Kristen tidak menambah karya keselamatan Kristus yang sempurna, seorang percaya sejati akan dengan setia mengikuti Yesus melewati penderitaan. "Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu" (1 Petrus 2:21-25). Apa sajakah tujuh perkataan terakhir Yesus Kristus di atas kayu salib, dan apa makna dari perkataan tersebut?Pertanyaan Jawaban Berikut adalah tujuh perkataan Yesus Kristus yang diucapkan-Nya saat berada di atas kayu salib : (1) "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34). Mereka yang menyalibkan Yesus sama sekali tidak menyadari apa yang mereka lakukan karena mereka tidak mengenali-Nya sebagai Mesias. Ketidakpedulian mereka terhadap kebenaran ilahi bukan berarti mereka tidak layak menerima pengampunan, dan doa Kristus di tengah-tengah mereka yang mengolok-olok Dia adalah sebuah ungkapan belas kasihan ilahi yang tidak terbatas. (2) "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk 23:43). Melalui perkataan ini, Yesus meyakinkan salah satu penjahat yang disalibkan bersama-Nya bahwa ketika dia mati, dia akan bersama dengan Yesus di surga. Hal ini dikaruniakan karena, di saat menjelang kematiannya, penjahat itu telah menyatakan imannya kepada Yesus; mengakui Dia sebagaimana Dia yang sesungguhnya (Luk 23:42). (3) "Ibu, inilah, anakmu!" dan "Inilah ibumu!" Ketika Yesus melihat ibu-Nya berdiri di dekat salib dengan Rasul Yohanes, yang Dia kasihi, Dia menyerahkan pemeliharaan ibunya ke tangan Yohanes. Dan sejak saat itu Yohanes membawa dia di dalam rumahnya sendiri (Yoh 19: 26-27). Dalam ayat ini Yesus, sebagai anak yang penuh kasih, memastikan ibu duniawi-Nya dijaga dengan baik setelah kematian-Nya. (4) Matius 27:46 menyatakan kepada kita bahwa sekitar pukul tiga petang, Yesus berseru dengan suara nyaring, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" yang berarti: “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Di sini, Yesus mengungkapkan perasaan tertolak-Nya karena Allah meletakkan dosa dunia kepada-Nya dan karena itu, Allah harus "berpaling" dari Yesus. Ketika Yesus merasakan beban dari dosa, Dia untuk pertama kali-Nya harus merasakan perpisahan dari Allah. Ini juga merupakan penggenapan dari pernyataan nubuatan dalam Mzm 22: 1. (5) "Aku haus" (Yoh 19:28). Yesus di sini memenuhi nubuatan mengenai Mesias dalam Mzm 69:22: "Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam." Dengan mengatakan Ia haus, Dia membuat prajurit Romawi memberi-Nya cuka, yang merupakan kebiasaan dalam penyaliban, dan dengan demikian menggenapi nubuatan tersebut. (6) "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku" (Luk 23:46). Pada perkataan ini, Yesus dengan rela menyerahkan nyawa-Nya ke tangan Bapa, menunjukkan bahwa Dia telah berada di ambang kematian dan Allah telah menerima pengorbanan-Nya. Dia "mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat" (Ibr 9:14). (7) "Sudah selesai." (Yoh 19:30). Perkataan terakhir Yesus berarti bahwa penderitaan-Nya telah selesai dan seluruh pekerjaan Bapa-Nya, yang diberikan kepada-Nya untuk dilakukan. termasuk untuk memberitakan Injil, melakukan mukjizat, dan memperoleh keselamatan kekal bagi umat-Nya telah dilakukan. Semua telah selesai, telah dipenuhi. Hutang dosa telah dibayar. 6 April 2022 Roma 8:1 Hidup dalam Roh [1] Karena itu sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 1 Yohanes 3:1-3. Memberi saya pengetahuan yang lebih besar tentang hubungan saya dengan Tuhan. Syukur kepada Tuhan Roh Kudus. 1 Yohanes 3:1, 3. [1] Lihatlah kasih seperti apa yang telah diberikan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah; dan begitulah kami. ([3 Dan setiap orang yang berharap demikian kepada-Nya menyucikan dirinya sebagaimana Dia suci. Bapa Surgawi kita mengambil bagian dalam mengawasi agar anak-anak-Nya, Itu adalah, semua orang yang berharap padanya Memang menyucikan dirinya sebagaimana Dia suci. Filipi 1:6 Dan aku yakin akan hal itu, bahwa Dia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan menyelesaikannya pada hari Yesus Kristus. (Jangan pernah meragukan keselamatanmu) Yakobus 1:2-4 [2] Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, saudara-saudaraku, ketika kamu menghadapi berbagai cobaan, [3] karena kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketabahan. [4] Dan biarlah ketekunan itu memperoleh hasil yang sempurna, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh, tidak kekurangan suatu apa pun. Filipi 1:6 ayat menguatkan dengan 1 Yohanes 3:1, 3 LAGI: 1 Yohanes 3:1, 3. [1] Lihatlah kasih seperti apa yang telah diberikan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah; dan begitulah kami. ([3 Dan setiap orang yang berharap demikian kepada-Nya menyucikan dirinya sebagaimana Dia suci. 5 April 2022 Apakah makna dan pentingnya Perjamuan Malam Terakhir?
Apa saja mujizat yang dilakukan Yesus?
Apa yang dimaksud Yesus melalui ucapan-Nya ‘Aku berdiri di muka pintu dan mengetok’ (Wahyu 3:20)?
4 April 2022 Mengapa penting untuk percaya bahwa Alkitab itu tanpa kekeliruan di dalamnya? Kita hidup dalam zaman yang cenderung tidak peduli ketika berhadapan dengan kekeliruan. Bukannya bertanya seperti Pilatus, “Apakah kebenaran itu?” manusia post-modern mengatakan, “Tidak ada kebenaran” atau “Kebenaran itu ada, namun kita tidak dapat mengetahuinya.” Kita sudah terbiasa ditipu, dan banyak orang kelihatannya bisa menerima bahwa Alkitab juga mengandung kekeliruan. Doktrin tidak adanya kekeliruan di dalam Alkitab amatlah penting karena kebenaran itu penting adanya. Hal ini mencerminkan karakter Allah dan merupakan dasar dari pemahaman kita akan segala sesuatu yang diajarkan Alkitab. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa mutlak bagi kita untuk percaya bahwa Alkitab tanpa salah. 1. Alkitab sendiri mengaku sempurna. “Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah” (Mazmur 12:7). “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman” (Mazmur 19:8). Semua klaim ini bersifat mutlak. Perhatikan bahwa tidak dikatakan bahwa “Firman Allah pada umumnya murni” atau “Alkitab hampir sempurna.” Alkitab mengaku kalau ia sempurna, dan sama sekali tidak ada tempat untuk teori-teori yang cuma “benar sebagian.” 2. Alkitab bertahan atau hancur secara keseluruhan. Kalau sebuah surat kabar besar terus menerus ditemukan mengandung kekeliruan, surat kabar tersebut secara cepat akan kehilangan kredibilitasnya. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa “Semua kekeliruan hanya terjadi pada halaman 3.” Supaya satu koran bisa dipercaya dalam hal-hal kecil, koran itu harus benar dalam segala hal. Demikian pula halnya dengan Alkitab. Kalau Alkitab tidak akurat ketika berbicara soal geologi, mengapa teologinya harus dipercaya? Alkitab dapat dipercaya secara keseluruhan atau sama sekali tidak dapat dipercaya. 3. Alkitab adalah cerminan dari Penulisnya. Semua buku itu demikian adanya. Alkitab ditulis oleh Allah sendiri ketika Dia bekerja melalui manusia sebagai penulis dalam suatu proses yang dinamakan “pengilhaman.” 2 Timotius 3:16 mengatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah (secara harafiah: “dinafaskan Allah.” Lihat pula 2 Petrus 1:21 dan Yeremia 1:2. Kita percaya bahwa Allah yang telah menciptakan alam semesta mampu menulis sebuah kitab. Allah yang sempurna tentu mampu menulis kitab yang sempurna. Permasalahannya bukan sekedar “Apakah Alkitab mengandung kekeliruan?” namun “Dapatkah Allah berbuat salah?” Kalau Alkitab mengandung fakta-fakta yang keliru, maka Allah bukan Maha Tahu, karena Dia sendiri dapat berbuat salah. Kalau Alkitab mengandung informasi yang keliru, maka Allah tidak jujur dan hanyalah seorang penipu. Kalau Alkitab mengandung kontradiksi, maka Allah adalah penyebab kebingungan. Dengan kata lain kalau doktrin tidak adanya kekeliruan di dalam Alkitab bukan kebenaran, maka Allah bukanlah Allah. 4. Alkitab menilai kita, bukan sebaliknya. “ Sebab firman Allah … sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12). Perhatikan pertalian antara “hati” dan “Firman.” Firman Allah menguji, hati adalah yang diuji. Mengabaikan sebagian Firman, untuk alasan apapun, sudah termasuk memutarbalikkan Firman ini. Kita menjadi penguji, dan Firman harus tunduk kepada “wawasan kita yang lebih tinggi.” Namun Allah mengatakan, “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? (Roma 9:20). 5. Berita Alkitab harus dilihat secara keseluruhan. Alkitab bukanlah kumpulan doktrin yang kita bisa pilih sesuka hati. Banyak orang suka kepada ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah mengasihi mereka, namun mereka tidak menyukai ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah akan menghakimi orang-orang berdosa. Namun kita tidak bisa begitu saja memilih apa yang kita sukai dari Alkitab dan membuang sisanya. Kalau Alkitab salah mengenai neraka misalnya, maka bagaimana ia bisa benar mengenai surga – atau soal lainnya? Kalau Alkitab salah dalam hal detail mengenai penciptaan, maka ada kemungkinan detail mengenai keselamatan juga tidak dapat dipercayai. Kalau cerita mengenai Yunus adalah mitos, maka kemungkinan cerita tentang Yesus juga demikian. Sebaliknya, Yesus telah mengatakan apa yang Dia katakan, dan Alkitab memberi kita gambaran penuh mengenai siapakah Allah itu. “ Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga” (Mazmur 119:89). 6. Alkitab adalah satu-satunya peraturan untuk iman dan perbuatan kita. Kalau Alkitab tidak dapat diandalkan, lalu apa yang seharusnya menjadi dasar kepercayaan kita? Yesus meminta kepercayaan kita, dan itu termasuk percaya pada apa yang disabdakanNya dalam FirmanNya. Yohanes 6:68-69 adalah bagian Alkitab yang indah. Yesus baru saja menyaksikan banyak orang yang mengaku mengikuti Dia meninggalkan Dia. Kemudian Dia berbalik kepada keduabelas Rasul dan bertanya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus mewakili yang lain menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” Kiranya kita memiliki kepercayaan yang sama terhadap Tuhan dan FirmanNya yang hidup. Tidak satupun hal yang kami kemukakan di sini merupakan penolakan terhadap sikap kritis yang sejati. Doktrin tidak adanya kekeliruan di dalam Alkitab tidak berarti bahwa kita berhenti menggunakan pikiran kita atau menerima secara membabi buta apa yang dikatakan Alkitab. Kita diperintahkan untuk mempelajari Firman (2 Timotius 2:15), dan mereka yang mempelajarinya dipuji (Kisah 17:11). Kami mengakui bahwa ada bagian-bagian yang sulit dipahami dalam Alkitab, dan juga ada perbedaan dalam penafsiran Alkitab. Sikap kita terhadap Alkitab haruslah dilandasi sikap hormat dan doa. Ketika kita menemukan sesuatu yang sulit dipahami, kita bisa berdoa lebih tekun, mempelajari dengan lebih sungguh-sungguh, dan –jika masih tidak mendapatkan jawabannya – dengan rendah hati kita hanya bisa mengakui keterbatasan kita di hadapan Firman Allah yang sempurna. 4 AGUSTUS 2021 Siapakah Yesus Kristus?Siapakah Yesus Kristus? Berbeda dengan pertanyaan “Apakah ada Allah?” jarang ada yang mempertanyakan apakah Yesus Kristus ada. Pada Hampir setiap agama besar berpandangan bahwa Yesus adalah seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh. Masalahnya, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Yesus lebih dari sekedar seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh. C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis, “Saya berusaha mencegah orang mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia [Yesus Kristus]: ‘Saya siap menganggap Dia sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia adalah Allah.’ Ini adalah sesuatu yang kita tidak boleh katakan.’ Jika seorang manusia biasa mengucapkan apa yang dikatakan oleh Yesus, tidak mungkin dirinya merupakan seorang pengajar moral yang agung. Kalau ia bukan orang gila – yang mungkin setara dengan orang yang mengatakan dirinya telur rebus – pastilah ia Iblis dari neraka. Engkau harus menentukan pilihanmu. Apakah orang ini adalah Anak Allah, orang gila atau lebih parah…. Anda silakan menutup telinga dan menganggapNya orang bodoh, Anda bisa meludahiNya, membunuhNya sebagai iblis, atau Anda bisa tersungkur di kakiNya dan menyebutNya Tuhan dan Allah. Tapi jangan mencari alasan yang tidak-tidak dengan mengatakan Dia hanyalah seorang pengajar yang agung.” Dia tidak memberikan opsi itu kepada kita. Dia tidak bermaksud untuk melakukan itu. Jadi siapakah Yesus? Apa kata Alkitab mengenai Dia? Pertama-tama, mari kita lihat kata-kata Yesus Kristus dalam Yohanes 10:30, “Aku dan Bapa adalah satu.” Sekilas, ini kelihatannya bukan merupakan sebuah deklarasi bahwa Yesus adalah Allah. Namun kalau dilihat dari reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan ini "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33). Orang Yahudi mengerti pernyataan Yesus sebagai sebuah deklarasi bahwa diriNya adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya Yesus tidak pernah mengoreksi orang-orang Yahudi dengan mengatakan, “Saya tidak mengaku diri sebagai Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menyatakan diriNya adalah Allah dengan berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus menyatakan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali orang-orang Yahudi meresponi dengan mengambil batu dan berusaha melempari Yesus (Yohanes 8:59). Yesus menyatakan identitasnya dengan menggunakan “Aku adalah” yang merupakan penerapan langsung dari nama Allah dalam Perjanjian Lama (Keluaran 3:14). Mengapa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu kalau bukan karena Dia mengatakan sesuatu yang mereka anggap menghujat Allah, yaitu dengan mengaku diri sebagai Allah? Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman itu adalah Allah.” Melalui Yohanes 1:14 kemudian dinyatakan, “Firman itu telah menjadi manusia.” Ini jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Tomas, salah satu rasul, mengungkapkan pada Yesus, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Rasul Paulus menggambarkan Dia sebagai, “…Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Titus 2:13). Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, “…Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 1:1). Allah Bapa adalah saksi dari identitas Yesus yang paling bisa dijadikan pegangan, “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” Nubuat-nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama juga menyatakan keilahianNya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.” Jadi, sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, percaya kepada Yesus sebagai seorang guru yang baik bukanlah sebuah pilihan. Yesus dengan jelas dan tak dapat disangkal telah menyatakan diriNya sebagai Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia adalah seorang pendusta, yang berarti bukanlah seorang nabi, guru yang baik atau manusia yang beribadah. Dalam usaha menjelaskan apa yang dikatakan oleh Yesus, para “sarjana-sarjana” modern mengatakan bahwa “Yesus sebagai sosok sejarah ” tidak mengucapkan banyak hal seperti yang tercatat di Alkitab. Siapakah kita yang dapat berdebat dengan Firman Tuhan mengenai apa yang Yesus katakan atau tidak katakan? Bagaimana seorang “sarjana” yang hidup dua ribu tahun setelah Yesus dapat lebih mengerti apa yang Yesus katakan dan tidak katakan, dibanding dengan mereka yang hidup bersamaNya, melayani bersamaNya dan diajar langsung olehNya sendiri (Yohanes 14:26)? Mengapa pertanyaan mengenai identitas Yesus yang sebenarnya begitu penting? Mengapa penting kalau Yesus itu Allah atau bukan? Alasan yang paling penting bahwa Yesus haruslah Allah karena jika Dia bukan Allah, kematianNya tidaklah memadai untuk membayar hutang dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang dapat membayar hutang sebesar itu (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Yesus haruslah Allah sehingga Dia dapat membayar hutang kita. Tapi, Yesus juga haruslah manusia supaya Dia bisa mati secara fisik. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! Keilahian Yesus adalah alasan mengapa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan. Keilahian Yesus adalah dasar mengapa Dia menyatakan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). 22 JULI 2021Apakah yang dimaksud oleh pencurahan Roh Kudus?Pencurahan Roh Kudus – pencurahan Roh Allah guna memenuhi dan mendiami manusia – telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama dan digenapi pada Pentakosta (Kisah pasal 2). Peristiwa ini telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama: di dalam Yesaya 44:3 ketika Allah berfirman pada Israel, "Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujan lebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu." Roh Kudus digambarkan sebagai "air kehidupan" yang menyelamatkan dan memberkati manusia yang sekarat. Pada hari Pentakosta, Petrus juga menyebut sebuah nubuat lain telah digenapi: "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu…Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan" (Yoel 2:28-29,32).Pencurahan Roh Kudus mendatangkan era yang baru, era gereja. Di dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus adalah karunia langka yang hanya diberikan kepada segelintir orang, dan umumnya untuk jangka waktu terbatas. Ketika Saul diurapi sebagai raja Israel, Roh Kudus turun ke atasnya (1 Samuel 10:10), namun ketika Allah mencabut berkat-Nya atas Saul, Roh Kudus meninggalkannya (1 Samuel 16:14). Roh Kudus datang pada waktu tertentu dan di bab kehidupan Otniel (Hakim-Hakim 3:10), Gideon (Hakim-Hakim 6:34), dan Samson juga (Hakim-Hakim 13:25; 14:6), guna memampukan mereka melaksanakan kehendak-Nya dan melayani Israel. Pada Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan ke atas semua orang yang mempercayai Kristus, dan Ia tidak pergi lagi. Peristiwa itu menandakan perubahan yang besar dalam pekerjaan Roh Kudus. Sebelum penangkapan-Nya, Yesus telah berjanji akan mengutus Roh Kudus pada para murid-Nya (Yohanes 14:15-17). Roh "menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu," ucap Yesus (Yohanes 14:17). Kalimat ini merupakan nubuat tentang pendiaman Roh, sebuah ciri khas era gereja. Pencurahan Roh Kudus dalam Kisah pasal 2 menjadi pertanda penggenapan ucapan Yesus, ketika Roh Kudus turun ke atas para orang percaya dalam kekuatan, secara tampak, dan bersuara. Lukas merekam peristiwa itu: "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya" (Kisah 2:2-4). Menyusul itu, para orang percaya yang dipenuhi Roh Kudus turun ke jalanan di Yerusalem dan mengabarkan Kristus. Tiga ribu orang diselamatkan dan dibaptis pada hari itu; era gereja telah dimulai (ayat 41). Pencurahan Roh Kudus di atas umat manusia merupakan pelantikan Perjanjian Baru, yang telah disahkan oleh darah Yesus (Lukas 22:20). Menurut ketentuan Perjanjian Baru, setiap orang percaya telah diberi Roh Kudus (Efesus 1:13). Sejak Pentakosta, Roh Kudus telah membaptis setiap orang percaya ke dalam Kristus ketika diri mereka diselamatkan (1 Korintus 12:13), ketika Ia datang untuk mendiami anak-anak Allah secara permanen. Di dalam kitab Kisah Para Rasul, terdapat tiga peristiwa "pencurahan" Roh Kudus, kepada tiga kelompok berbeda pada waktu yang berbeda pula. Pertama, kepada orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem (Kisah pasal 2). Yang kedua, kepada kelompok orang percaya di Samaria (Kisah pasal 8). Dan yang ketika, kepada kelompok orang percaya non-Yahudi (Kisah 10). Adalah penting bahwa Petrus hadir di ketiga pencurahan itu. Tiga kali, Allah mengutus Roh Kudus dengan bukti yang tampak, dimana Amanat Agung sedang digenapi. Roh Kudus yang sama yang turun ke atas orang Yahudi, Samaria, dan non-Yahudi dengan cara yang sama di hadapan para rasul yang sama menyatukan gereja mula-mula. Tidak ada gereja "Yahudi," atau gereja "Samaria," atau gereja "Romawi" – yang ada hanya satu gereja, "satu Tuhan, satu iman, satu baptisan" (Efesus 4:5). Pencurahan Roh Kudus berbeda dengan pemenuhan Roh Kudus. Pencurahan adalah kedatangan Roh Kudus ke dalam dunia secara unik; pemenuhan terjadi ketika kita memasrahkan kehidupan kita pada kendali Allah. Kita diperintahkan supaya dipenuhi Roh (Efesus 5:18). Dalam kaitannya dengan ini, adalah mungkin jika seorang percaya "dipenuhi Roh" atau sebalikya memadamkan Roh (1 Tesalonika 5:19). Apapun kasusnya, Roh Kudus akan tinggal bersama orang percaya (dan tidak meninggalkan orang itu seperti pada masa Perjanjian Lama). Pemenuhan Roh terjadi sebagai hasil dari ketundukan kepada kehendak Allah, dan pemadaman Roh merupakan hasil ketika kita memberontak terhadap kehendak Allah. Ada mereka yang masih menanti "pencurahan" Roh Kudus di atas suatu kelompok khusus di tempat tertentu atau pada waktu tertentu, namun terulangnya peristiwa seperti Pentakosta tidak didukung oleh Alkitab. Gereja telah dimulai; para rasul telah mendirikan pondasinya (Efesus 2:20). Kadang kita meminta Roh Kudus "datang" dalam lagu; realitanya ialah bahwa Ia telah hadir – pada peristiwa keselamatan – dan, ketika Ia datang, Ia tidak meninggalkan kita. Pencurahan Roh Kudus adalah nubuat yang telah digenapi, yang menyambut permulaan era gereja dan Perjanjian Baru dimana setiap orang percaya telah diberi Roh Kudus. 22 JULI 2021 Siapakah Roh Kudus itu?Ada banyak pengertian yang salah mengenai identitas Roh Kudus. Sebagian orang menganggap Roh Kudus sebagai suatu kuasa mistik. Yang lainnya berpendapat Roh Kudus sebagai kuasa yang Allah berikan kepada para pengikut Kristus.Apa yang Alkitab katakan mengenai identitas Roh Kudus? Secara sederhana – Alkitab mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Alkitab juga mengatakan bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi yang memiliki akal budi, perasaan dan kehendak. Fakta bahwa Roh Kudus adalah Allah, dapat dilihat dengan jelas dalam rujukan ayat-ayat di Alkitab, termasuk Kisah Para Rasul 5:3-4. Dalam ayat ini, Petrus menegur Ananias yang berbohong kepada Roh Kudus dan memberitahu dia bahwa Ananias bukan “mendustai manusia tetapi mendustai Allah.” Ini merupakan pernyataan yang jelas bahwa ketika seseorang berbohong kepada Roh Kudus, sama juga berbohong kepada Allah. Kita juga mengetahui bahwa Roh Kudus adalah Allah karena Dia memiliki atribut-atribut atau karakteristik-karakteristik Allah. Contoh bahwa Roh Kudus itu Mahahadir dapat dilihat dalam Mazmur 139:7-8: “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.” Kemudian di dalam 1 Korintus 2:10, kita menemukan kemahatahuan dari Roh Kudus. “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Kita mengetahui bahwa Roh Kudus adalah sebuah Pribadi karena Dia memiliki akal budi, perasaan dan kehendak. Roh Kudus berpikir dan mengetahui (1 Korintus 2:10). Roh Kudus dapat berduka (Efesus 4:30). Roh Kudus berdoa syafaat bagi kita (Roma 8:26-27). Roh Kudus membuat keputusan sesuai dengan kehendakNya (1 Korintus 12:7-11). Roh Kudus adalah Allah, “Pribadi” ketiga dari Allah Tritunggal. Sebagai Allah, Roh Kudus dapat betul-betul berfungsi sebagai Penghibur dan Penasehat yang Yesus janjikan (Yohanes 14:16, 26; 15:26). Apa sajakah nama-nama dan gelar-gelar Roh Kudus?Penulis Alkitab: (2 Petrus 1:21; 2 Timotius 3:16) Alkitab diinspirasi, atau seperti tertulis dalam Alkitab, “diilhamkan Allah,” oleh Roh Kudus, Pribadi Ketiga dari Tritunggal. Roh Kudus menggerakkan semua penulis dari 66 kitab untuk mencatat persis semua yang diilhamkan Allah melalui hati dan pikiran mereka. Seperti kapal yang berlayar digerakkan oleh angin, para penulis Alkitab juga digerakkan oleh dorongan Roh Kudus. Penghibur / Penolong / Pembela: (Yesaya 11:2; Yohanes 14:16; 15:26; 16:7) Ketiga kata tersebut merupakan terjemahan dari Bahasa Yunani parakletos, yang merupakan sumber dari kata “Paraclete,” nama lain dari Roh Kudus. Ketika Yesus terangkat, para murid sangat tertekan karena mereka kehilangan kehadiran-Nya yang penuh penghiburan. Tapi, Dia berjanji untuk mengirimkan Roh untuk menghibur, menolong dan membimbing setiap anak-Nya. Roh Kudus yang juga “memberi kesaksian” bersama dengan roh kita bahwa kita adalah milik-Nya dan menjamin keselamatan kita. Penginsyaf Akan Dosa: (Yohanes 16:7-11) Roh Kudus menyatakan kebenaran Allah pada pikiran manusia untuk meyakinkan mereka dengan argumen yang adil dan memadai untuk menyatakan mereka sebagai pendosa. Roh Kudus akan meyakinkan kita bahwa kita tidak layak untuk berada di hadapan Allah, bahwa kita memerlukan kebenaran-Nya. Hari Penghakiman pasti akan terjadi kepada seluruh umat manusia. Siapa yang menolak kebenaran ini, sama saja memberontak kepada Roh Kudus. Jaminan / Materai / Kesungguhan: (2 Korintus 1:22; 5:5; Efesus 1:13-14) Roh Kudus adalah materai Allah kepada umat-Nya. Dia menyatakan kita sebagai milik-Nya. Karunia Roh kepada orang-percaya adalah uang muka untuk warisan surgawi, yang telah Yesus janjikan dan pastikan di kayu salib. Hal ini karena Roh Kudus telah memateraikan kita bahwa kita mendapatkan keselamatan. Tidak ada yang bisa membatalkan atau merusak materai Allah. Pemimpin: (Yohanes 16:13) Seperti halnya Roh Kudus memimpin para penulis Alkitab untuk mencatat kebenaran, Dia juga berjanji untuk memimpin orang-orang-percaya untuk mengenal dan memahami kebenaran itu. Kebenaran Allah adalah “kebodohan” bagi dunia, karena hal ini “hanya dapat dinilai secara rohani” (1 Korintus 2:14). Pengikut Kristus memiliki Roh Kudus yang tinggal dan memimpinnya terhadap segala sesuatu yang perlu kita ketahui terkait dengan hal-hal rohani. Mereka yang tidak percaya tidak memiliki “penerjemah” yang akan memimpin mereka untuk mengenal dan memahami Firman Tuhan. Penghuni Bait Allah: (Roma 8:9-11; Efesus 2:21-22; 1 Korintus 6:19) Roh Kudus tinggal dalam hati umat Allah. Saat Roh Kudus tinggal DI dalam hati kita, itu merupakan ciri-ciri dari manusia baru. Dari dalam hati, Roh Kudus akan mengarahkan, membimbing, menghibur dan mempengaruhi kita, serta menghasilkan buah-buah Roh dalam diri kita (Galatia 5:22-23). Dia menyediakan hubungan yang intim antara Allah dan anak-anak-Nya. Semua orang yang percaya dalam Kristus memiliki Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka. Pendoa: (Roma 8:26) Satu hal yang membesarkan hati dan menghibur dari Roh Kudus adalah pelayanan doa-Nya untuk kita yang didiami-Nya. Karena kita seringkali tidak tahu apa atau bagaimana harus berdoa saat kita mendekati Allah, Roh Kudus akan menengahi dan berdoa untuk kita. Dia akan menerjemahkan “keluhan-keluhan” kita, sehingga pada saat kita terhimpit dan kewalahan oleh pencobaan dan kehidupan kita, Roh Kudus akan mendampingi dan membantu kita menghadap ke tahta kemuliaan. Pemberi Pernyataan / Roh Kebenaran: (Yohanes 14:17; 16:13; 1 Korintus 2:12-16) Yesus berjanji bahwa setelah kebangkitan-Nya, maka Roh Kudus akan datang untuk “memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.” Karena ada Roh Kudus dalam hati kita, maka kita mampu memahami kebenaran, terutama dalam hal-hal rohani, yang tidak bisa dipahami oleh orang-orang non-Kristen. Faktanya, kebenaran yang dinyatakan oleh Roh Kudus kepada kita merupakan suatu “kebodohan” bagi mereka, dan mereka tidak dapat memahaminya. Namun, kita memiliki pikiran Kristus dan Roh Kudus dalam kita. Roh Allah/ Allah / Roh Kristus: (Matius 3:16; 2 Korintus 3:17; 1 Petrus 1:11) Nama-nama ini mengingatkan kita bahwa Roh Allah merupakan bagian dari Tritunggal, bahwa Dia juga Allah, sama halnya seperti Allah Bapa dan Allah Anak. Roh Kudus yang pertama kali dinyatakan pada saat penciptaan, saat Roh Allah “melayang-layang di atas permukaan air,” menunjukkan peran-Nya saat proses penciptaan, bersama-sama dengan Yesus yang “menjadikan segala sesuatu” (Yohanes 1:1-3). Kita kembali melihat Tritunggal Allah pada saat pembaptisan Yesus, saat Roh turun keatas-Nya, lalu terdengar suara Bapa dari surga. Roh Yang Memberi Hidup: (Roma 8:2) Frasa “Roh yang memberi hidup” berarti bahwa Roh Kudus menghasilkan atau memberikan kehidupan. Bukan hanya karena Dia yang memprakarsai keselamatan, namun karena Dia memberi hidup yang baru. Saat kita menerima hidup kekal melalui Kristus, Roh Kudus menyediakan makanan rohani, yang merupakan makanan untuk kehidupan rohani. Melalui hal ini, kita melihat lagi bagaimana Tritunggal bekerja sama. Kita diselamatkan Allah Bapa, melalui Allah Anak, dan keselamatan ini dipelihara oleh Allah Roh Kudus. Pengajar: (Yohanes 14:26; 1 Korintus 2:13) Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan mengajarkan “segala sesuatu” kepada murid-murid-Nya dan akan mengingatkan mereka mengenai semua yang telah Dia katakan saat mereka bersama-Nya. Para penulis Perjanjian Baru digerakkan oleh Roh Kudus untuk mengingat dan memahami setiap perintah Yesus dalam membangun dan mengatur Gereja, doktrin-doktrin mengenai diri-Nya, cara-cara hidup kudus, dan pewahyuan mengenai hal-hal yang akan datang. Pemberi Kesaksian: (Roma 8:16; Ibrani 2:4; 10:15) Roh Kudus disebut juga sebagai “Pemberi Kesaksian” karena Dia menguji dan memberi kesaksian bahwa kita adalah anak-anak Allah; bahwa Yesus dan murid-murid-Nya yang melakukan mukjizat itu sungguh-sungguh dikirim oleh Allah; dan bahwa Alkitab diinspirasi oleh Allah. Bahkan lebih jauh lagi, dengan menganugerahkan karunia Roh kepada orang percaya, Roh Kudus memberi kesaksian kepada kita dan seluruh dunia bahwa kita adalah milik Allah. Apakah peran Roh Kudus dalam Perjanjian Lama?Bidang pertama dari karya Roh Kudus adalah proses pembaharuan. Kata lainnya adalah “dilahirkan kembali.” Dari karya inilah kita mendapatkan konsep “lahir baru.” Hal ini tercatat dalam kitab Yohanes: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yohanes 3:3). Pertanyaan pun timbul: apakah hubungannya dengan peran Roh Kudus di Perjanjian Lama? Selanjutnya dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata: “Engkau adalah pengajar Israel … dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yoha 3:10). Yang ditekankan oleh Yesus adalah bahwa Nikodemus seharusnya memahami kebenaran bahwa Roh Kudus adalah sumber dari hidup yang baru, karena hal ini sudah dikemukakan dalam Perjanjian Lama. Contohnya, Musa mengatakan kepada rakyat Israel sebelum memasuki Tanah Perjanjian bahwa “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.” (Ul 30:6). Penyunatan hati merupakan karya dari Roh Allah dan hanya bisa diselesaikan oleh-Nya. Kita juga dapat menemukan tema pembaharuan hati ini di Yehezkiel 11: 19-20 dan Yehezkiel 36: 26-29. Buah dari karya pembaharuan Roh Kudus adalah iman (Ef 2:8). Kita tahu bahwa ada banyak orang yang beriman dalam Perjanjian Lama karena Ibrani pasal 11 menyebutkan banyak nama mereka. Jika iman dihasilkan oleh kekuatan pembaruan dari Roh Kudus, maka hal inilah yang menyebabkan para orang kudus dalam Perjanjian Lama, yang memandang jauh ke depan menuju datangnya salib, yakin dan percaya bahwa janji Allah mengenai keselamatan mereka akan terjadi. Mereka telah melihat janji-janji itu dan “dari jauh melihatnya” (Ibrani 11:13), menerima dengan iman bahwa apa yang telah Allah janjikan, maka Allah juga yang akan menjadikannya. Bidang kedua dari karya Roh Kudus dalam Perjanjian lama adalah berdiam/tinggal atau mengisi. Inilah perbedaan utama yang jelas terlihat antara peran Roh Kudus dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa Roh Kudus tinggal diam di dalam hati orang-percaya secara permanen (1 Korintus 3:16-17; 6:19-20). Saat kita beriman kepada Kristus untuk keselamatan, Roh Kudus akan datang untuk tinggal di dalam hati kita. Rasul Paulus menyebut peristiwa ini sebagai “jaminan bagian kita” (Efesus 1:13-14). Lain halnya dengan jaman Perjanjian Baru, peristiwa tinggal diamnya Roh Kudus ini hanya pada orang tertentu dan bersifat sementara. Roh Kudus “berkuasa” atas orang-orang dalam Perjanjian Lama seperti Yosua (Bilangan 27:18), Daud (1 Samuel 16:12-13) dan bahkan Saul (1 Samuel 10:10). Di kitab Hakim-Hakim, kita membaca bahwa Roh Kudus “menguasai” para hakim yang Allah angkat untuk melepaskan bangsa Israel dari penindasnya. Roh Kudus berkuasa atas pribadi-pribadi ini untuk tujuan yang spesifik. Saat Roh Kudus berkuasa atas seseorang, hal ini merupakan tanda bahwa Allah berkenan terhadap orang tersebut (seperti halnya Daud). Ketika Allah tidak lagi berkenan, maka Roh akan meninggalkan orang tersebut (seperti halnya Saul dalam 1 Samuel 16:14). Meskipun Roh Kudus “berkuasa” atas seseorang, itu tidak selalu menandakan keadaan rohani orang tersebut (misalnya Saul, Samson dan banyak dari para hakim). Jadi, Roh Kudus pada Perjanjian Baru tinggal diam di hati orang-percaya dan tinggal secara tetap/permanen, sedangkan Roh Kudus dalam Perjanjian Lama berkuasa pada diri seseorang untuk tujuan tertentu saja, dan tidak berhubungan dari kondisi rohani orang itu. Ketika tujuan itu telah tercapai, ada kemungkinan bahwa Roh Kudus akan meninggalkan orang tersebut. Bidang ketiga dari karya Roh Kudus dalam Perjanjian Lama adalah pengendalian terhadap dosa. Kejadian 6:3 menandakan bahwa Roh Kudus mengendalikan kecenderungan manusia untuk berdosa. Pengendalian ini dapat dicabut ketika kesabaran Allah terhadap dosa telah mencapai “batas kesabaran” Pernyataan ini dikemukakan kembali di 2 Tes 2:3-8, ketika pada akhir zaman, penyesatan yang tumbuh subur menandakan datangnya hari penghakiman “Allah”. Sampai pada waktu yang telah ditetapkan, ketika “manusia durhaka” (ayat 3) akan dinyatakan, Roh Kudus akan menahan kekuatan Setan dan melepaskannya hanya pada saat yang sesuai dengan tujuan Allah. Bidang keempat dari karya Roh Kudus dalam Perjanjian lama adalah memberikan karunia tertentu untuk memampukan seseorang melakukan pelayanan tertentu. Sama seperti halnya karunia rohani di Perjanjian Baru, Roh Kudus akan mengaruniakan hal tertentu kepada orang-orang tertentu di Perjanjian Lama untuk melayani. Misalnya Bezaleel dalam Keluaran 31:2-5, yang diberikan karunia untuk melakukan banyak pekerjaan di Kemah Suci. Selanjutnya, mengingat bahwa Roh Kudus hanya tinggal pada orang-orang tertentu untuk sementara, kita melihat bahwa orang-orang ini diberikan karunia untuk melakukan tugas tertentu, seperti memerintah bangsa Israel (Saul dan Daud). Kita juga dapat menyatakan peran Roh Kudus dalam proses penciptaan. Kejadian 1:2 mengatakan bahwa Roh Allah “melayang-layang di atas permukaan air” dan mengawasi proses penciptaan. Dengan cara yang sama, Roh Kudus bertanggungjawab atas ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17) sebagaimana Dia membawa orang menuju Kerajaan Allah melalui proses pembaharuan. 17/ Juli 2021 Apakah kebenaran absolut/kebenaran universal itu ada?JAWABAN Supaya bisa menentukan apakah kebenaran absolut/kebenaran universal itu ada, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apa itu kebenaran. Kebenaran didefinisikan “kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya.” Sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita sebenarnya, tapi hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, ada pihak yang percaya adanya realita absolut atau kebenaran absolut. Karena itu, ketika mempertimbangkan pertanyaan apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut, kita menemukan dua pendapat yang bertolak belakang. Pendapat yang satu mengatakan bahwa tidak mungkin ada apapun yang secara absolut bisa mendefinisikan realita. Mereka percaya bahwa segala sesuatu itu bersifat relatif dan karena itu tidak ada realitas yang sejati. Karena itu, pada hakekatnya tidak ada otoritas apapun yang bisa menentukan suatu tindakan itu positif atau negatif, benar atau salah. Pandangan ini sebenarnya tidak lebih dari “etika situasi;” yang menganggap tidak ada yang benar atau salah. Karena itu, yang benar merupakan apa yang dianggap benar pada waktu itu. “Etika situasi” seperti ini mendorong seseorang memiliki mentalitas dan cara hidup “apapun yang dirasa baik,” yang bisa saja memiliki dampak yang merusak masyarakat dan individu-individu. Sebaliknya, pandangan lain percaya realita atau standar absolut yang bisa menentukan apa yang benar dan tidak itu benar-benar ada. Satu tindakan dapat dikategorikan benar atau salah dengan membandingkannya terhadap standar-standar yang absolut itu. Dapatkah Saudara membayangkan kekacauan yang terjadi kalau tidak ada standar yang absolut ataupun realita? Ambil contoh hukum gravitasi. Kalau yang absolut itu tidak ada, maka Saudara ketika berjalan bisa tahu-tahu terlempar tinggi ke udara pada satu waktu, tapi pada waktu lainnya bisa terbang melayang-layang. Tidak ada hukum-hukum sains ataupun hukum-hukum fisika sama sekali dalam dunia ini. Segala sesuatu tidak ada artinya, karena tidak ada ukuran mengenai apapun; tidak ada benar dan salah. Betapa kacaunya kalau itu benar-benar terjadi. Tapi, syukurlah kebenaran yang absolut itu ada. Karena itu, ia dapat ditemukan dan dipahami. Orang yang membuat pernyataan bahwa tidak ada kebenaran mutlak sebenarnya merupakan pernyataan yang tidak logis. Hari ini, banyak orang yang memegang relativisme budaya; yang pada hakekatnya menolak segala jenis kebenaran absolut. Pertanyaan yang bagus untuk ditanyakan kepada mereka yang mengatakan “tidak ada kebenaran yang absolut” adalah, “Apakah Saudara menyakini itu secara mutlak?” Tidak logis membuat pernyataan seperti itu karena pernyataan yang absolut justru dipakai untuk menolak fakta mengenai keberadaan yang absolut. Pada dasarnya, pernyataan yang menyatakan tidak adanya kebenaran absolut telah menjadi kebenaran absolut. Ada beberapa masalah logis yang harus dijawab seseorang sebelum ia bisa menerima dan percaya kalau tidak ada kebenaran absolut/kebenaran universal. Masalah pertama terkait kontradiksi dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat disimpulkan dari pertanyaan di atas. Mereka yang bersikeras tidak ada yang absolut, pada kenyataannya sudah percaya pada hal-hal yang absolut. Mereka yakin secara mutlak bahwa tidak ada yang mutlak. Filsafat semacam ini telah mengalahkan dirinya sendiri dan bertentangan dengan dirinya sendiri. Pernyataan bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang absolut ini sama saja bertentangan dengan apa yang mereka yakini. Masalah kedua dengan penolakan atas keberadaan absolut/kebenaran universal ini terkait fakta bahwa semua orang memiliki pengetahuan yang terbatas. Sebagai manusia dengan pengetahuan yang terbatas, kita tidak dapat secara logis membuat pernyataan negatif yang absolut. Misalnya, seseorang tidak bisa mengatakan secara logis: “Allah itu tidak ada” (walaupun banyak yang melakukan hal ini). Untuk bisa menyimpulkan Allah itu tidak ada, seseorang harus memiliki pengetahuan absolut mengenai segenap alam semesta, dari asal mula penciptaan sampai hari ini. Ketika seseorang menyatakan Allah itu tidak ada, mereka sebenarnya sedang berkata, “Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki, saya tidak percaya bahwa Allah itu ada.” Atau, “Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki, saya tidak percaya bahwa ada sesuatu yang benar secara absolut.” Masalah ketiga dengan penolakan atas keberadaan kebenaran absolut/kebenaran universal terkait fakta bahwa hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui melalui hati nurani, pengalaman, dan apa yang kita lihat dalam “dunia yang nyata.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, maka tidak ada yang betul-betul salah atau benar mengenai apapun. Apa yang mungkin “benar bagi Saudara” tidak berarti “benar bagi saya.” Secara sekilas, pemikiran relativisme semacam ini terdengar sangat menarik. Tapi, kalau ini diteruskan sampai tahap penarikan kesimpulan yang logis, akhirnya hanya akan terbukti menimbulkan kekacauan. Coba pertimbangkan kalau tidak ada kebenaran absolut dan segala sesuatu itu relatif (tidak ada standar apapun). Setiap orang akan menentukan peraturannya sendiri dan melakukan apa pun yang mereka anggap benar. Ini menimbulkan masalah ketika apa yang dipandang benar oleh seseorang bertentangan dengan apa yang dipandang benar oleh orang lain. Contohnya: bagaimana jika apa yang dianggap “benar bagi saya” adalah mengabaikan lampu lalu lintas sekalipun lampu merah sedang menyala? Dengan cara demikian, saya membahayakan hidup orang-orang lain. Atau, saya beranggapan bahwa mencuri dari Saudara itu baik, meskipun Saudara beranggapan itu tidak baik. Seseorang bisa saja memutuskan bahwa membunuh orang itu boleh-boleh saja, dan kemudian mulai berusaha membunuh semua orang yang mereka temui. Jika tidak ada standar yang absolut, ketika tidak ada kebenaran dan segala sesuatu bersifat relatif, maka membunuh semua orang itu sama benarnya dengan tidak membunuh semua orang. Mencuri sama benarnya dengan tidak mencuri. Kejam itu sama saja dengan tidak kejam. Betapa bahayanya akibat yang timbul dari penolakan atas keberadaan kebenaran absolut. Kalau tidak ada kebenaran absolut, maka tidak ada seorang pun yang boleh mengatakan, “Kamu harus melakukan ini” atau “Kamu tidak boleh melakukan itu.” Kalau tidak ada kebenaran absolut, bahkan pemerintah sendiri tidak dapat atau tidak boleh memaksakan peraturan pada masyarakat. Dapatkah Saudara melihat masalah yang akan terjadi? Kekacauan akan terjadi ketika setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Jika tidak ada kebenaran mutlak, maka tidak ada standar benar atau salah yang harus dipertanggungjawabkan seseorang. Kita tidak akan pernah merasa pasti mengenai apapun. Setiap orang bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan – membunuh, memperkosa, mencuri, berbohong, menipu. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan itu salah. Tidak akan ada pemerintah, hukum, dan keadilan, karena tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan bahwa mayoritas berhak membuat dan memaksakan hukum kepada minoritas. Dunia tanpa kemutlakan merupakan dunia yang mengerikan. Zaman sekarang, kita sering mendengar kalimat, “Itu mungkin benar bagimu, tapi tidak untuk saya.” Bagi mereka yang berpandangan bahwa tidak ada kebenaran absolut, kebenaran dipandang tidak lebih dari sekedar pilihan pribadi atau sebuah sudut pandang saja. Karena itu, ia dianggap tidak boleh melampaui batasan-batasan pribadi. Tidak seharusnya ada jawaban final terhadap makna hidup ini dan harapan untuk hidup sesudah mati dalam bentuk apapun. Bentuk relativisme semacam ini mengakibatkan kekacauan agama, karena tidak ada satu agama pun yang dianggap benar. Tidak ada jalan apa pun yang dianggap benar bagi manusia untuk berhubungan dengan Allah. Karenanya, semua agama akan dianggap salah karena mengajarkan mengenai kehidupan sesudah kematian, semacam kebenaran absolut mengenai itu. Itu sebabnya, pada zaman sekarang orang-orang malah percaya dua agama yang bertentangan bisa sama-sama “benar,” sekalipun keduanya mengklaim sebagai pihak yang memiliki satu-satunya jalan ke surga, atau dua “kebenaran” yang sama sekali bertolak belakang. Orang-orang yang tidak percaya pada kebenaran absolut mengabaikan semua klaim ini dan memilih prinsip universalisme, yang mengajarkan bahwa semua agama itu sama dan bisa menuntun manusia ke surga. Inilah sebabnya, orang yang memeluk pandangan dunia semacam ini sangat keras melawan kekristenan yang memutlakkan perkataan Yesus bahwa Ia adalah satu-satunya “jalan, dan kebenaran, dan hidup.” Bahwa Dia adalah perwujudan paling utama dari kebenaran dan sebagai satu-satunya jalan menuju surga (Yohanes 14:6). Sekalipun fakta bahwa menolak kebenaran absolut itu tidak logis dan tidak masuk akal, pandangan bahwa “segalanya relatif” telah menjadi salah satu semboyan populer generasi saat ini. Di kebanyakan negara Barat, kebanyakan orang justru menolak kemungkinan adanya kebenaran absolut. Hal ini memicu lahirnya masyarakat post-modernisme, yaitu masyarakat yang menganggap semua pernyataan yang berhubungan dengan nilai, kepercayaan, cara hidup dan kebenaran itu semua sama benarnya. Karena itu, mereka yang memilih berpegang pada standar benar-salah yang absolut justru akan dianggap orang yang kurang toleran; karenanya mereka akan sering dicela, dihina dan dikritik. Kenyataannya, toleransi sebenarnya telah menjadi sebuah nilai utama dalam masyarakat ini; telah menjadi sesuatu yang telah diabsolutkan. Karena itu, hanya ada satu kejahatan di masyarakat ini: ketika seseorang dianggap bersikap tidak toleran. Dengan kata lain, sistem agama atau individu yang percaya pada dogma apapun – khususnya yang berpegang pada kebenaran mutlak – diposisikan sebagai pihak yang bersalah karena dianggap sudah tidak bersikap toleran. Satu-satunya sikap yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang menganut relativisme ini adalah sikap mereka yang percaya kepada hal-hal absolut. Mereka yang menolak kebenaran absolut sering menyatakan bahwa boleh-boleh saja bagi seseorang percaya apa yang ia inginkan, asal ia tidak berusaha memaksakan pandangannya itu kepada orang lain. Namun, pandangan seperti ini sebenarnya juga sudah merupakan pandangan yang menaruh kepercayaan pada apa yang benar dan salah. Mereka yang berpegang pada pandangan ini berusaha menerapkan pandangan ini kepada orang lain. Perilaku seperti ini bisa dianggap munafik. Mereka menentukan standar tingkah laku bagi orang lain, tapi mereka sendiri melanggar apa yang mereka tuntut dari orang lain. Mengapa orang yang mempromosikan toleransi justru begitu tidak toleran terhadap orang-orang yang percaya pada kebenaran absolut? Mengapa orang justru rela memeluk pandangan yang mengancam keutuhan lapisan masyarakat; yang pada hakekatnya tidak masuk akal dan tidak logis? Alasan yang sebenarnya karena kebanyakan orang tidak mau bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka. Jika ada kebenaran absolut, maka ada standar yang absolut mengenai benar dan salah, yang memaksanya harus bertanggung jawab pada standar-standar itu. Tanggung jawab inilah yang mereka tolak dalam usaha menolak kebenaran absolut. Penyangkalan mengenai kebenaran absolut/kebenaran universal dan budaya relativisme ini merupakan akibat logis dari mereka yang percaya pada teori evolusi sebagai dasar penjelasan asal mula kehidupan ini. Kalau evolusi itu benar, maka hidup ini tidak ada artinya. Kita tidak punya tujuan, karena tidak ada hal yang benar dan salah secara absolut. Akibatnya, manusia bebas untuk hidup semaunya dan tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Usaha manusia berdosa menolak keberadaan Allah dan kebenaranNya yang mutlak akan berakhir sia-sia. Satu hari, ia tetap akan berdiri di hadapanNya untuk dihakimi. Alkitab menyatakan, “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.” (Roma 1:18-22) Pertanyaan terakhir yang patut kita pertanyakan ketika mempertimbangkan apakah kebenaran absolut itu betul-betul ada atau tidak, apakah ada bukti mengenai kebenaran mutlak? Jika kita mempertimbangkan pertanyaan ini dengan hati-hati, bukti-bukti yang menyatakan adanya kebenaran absolut terlihat jelas. Bukti pertama dari keberadaan kebenaran absolut dapat diketahui melalui hati nurani kita. Hati nurani kita mengajari kita bahwa dunia seharusnya “begini,” bahwa ada hal-hal yang “benar” dan ada yang “salah.” Hati nurani menolong kita mengerti bahwa ada yang tidak benar dengan penderitaan, kelaparan, pemerkosaan, kesakitan dan kejahatan. Hati nurani menolong kita menyadari bahwa kasih, kemurahan, belas kasihan dan damai merupakan hal-hal positif yang perlu kita perjuangkan. Alkitab menjelaskan peranan hati nurani ini dalam Roma 2 :14-16, “Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus.” Bukti kedua mengenai keberadaan kebenaran absolut dapat diketahui melalui sains. Sains pada dasarnya adalah usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Sains merupakan usaha mempelajari apa yang kita tahu dan untuk mengetahui lebih banyak. Karena itu, semua penyelidikan ilmiah harus didasari pada keyakinan bahwa ada realita-realita obyektif dalam dunia ini. Tanpa ada hal-hal yang absolut, apa yang bisa dipelajari secara ilmiah? Bagaimana mungkin orang tahu bahwa penemuan mereka itu benar adanya? Bahkan hakekat dari hukum-hukum sains harus dilandaskan pada kepastian mengenai adanya kebenaran absolut. Bukti ketiga dari keberadaan kebenaran absolut/kebenaran universal itu terkait erat dengan keberadaan agama. Semua agama di dunia ini merupakan usaha manusia untuk memberi arti dan mendefinisikan hidupnya. Agama lahir dari fakta bahwa manusia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar “ada.” Di balik semua agama bisa ditemukan adanya dasar kepercayaan bahwa hidup itu lebih dari sekedar “ada” secara fisik, sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini. Melalui agama, manusia berusaha mendapatkan jaminan dan harapan bagi masa depannya, pengampunan dosanya, kedamaian di tengah pergumulannya, dan jawaban atas pertanyaannya yang paling mendalam. Agama merupakan bukti bahwa manusia itu lebih dari sekedar binatang yang ber-evolusi ke bentuk lebih tinggi. Agama merupakan bukti dari makna yang lebih tinggi. Fakta mengenai keberadaan Pencipta sebagai seorang Pribadi dan memiliki rencana, yang menanamkan keinginan untuk mengenalNya dalam diri manusia. Kalau ada Pencipta, maka Ia pasti menjadi standar bagi kebenaran absolut itu dan sekaligus punya otoritas untuk menegakkan kebenaran itu. Pencipta seperti itu ada. Dia telah mengungkapkan diriNya, termasuk kebenaranNya kepada kita melalui kata-kataNya sendiri, yaitu Alkitab. Jika manusia mau mengenal kebenaran absolut/kebenaran universal, satu-satunya cara hanya bisa melalui hubungan pribadi dengan Dia yang mengklaim diriNya sebagai “Kebenaran;” yaitu Yesus Kristus. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Fakta bahwa kebenaran absolut itu ada mengarahkan kita kepada kebenaran bahwa ada Allah yang berdaulat yang menciptakan langit dan bumi ini. Ia telah menyatakana diriNya kepada kita, supaya setiap manusia dapat mengenalNya secara pribadi melalui PutraNya, Yesus Kristus. 15 Juli 2021 Adakah kehidupan kekal?Alkitab menunjukkan jalan yang jelas menuju kehidupan kekal. Pertama-tama, seseorang perlu mengakui bahwa dirinya telah berdosa kepada Allah (Roma 3:23).Semua manusia telah melakukan hal-hal yang tidak berkenan bagi Allah, dan karenanya pantas menerima hukuman. Pada dasarnya, semua dosa adalah perlawanan manusia terhadap Allah yang kekal, maka ia juga pantas dihukum dalam kekekalan (Roma 6:23). Namun demikian, Yesus Kristus, Allah Putera yang kekal dan tanpa dosa, rela berinkarnasi menjadi manusia dan mati untuk membayar hukuman kita (1 Petrus 2:22 ; Yohanes 1:1,14). Dalam Roma 5:8, Paulus berkata, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Yesus Kristus mati di salib; menanggung hukuman yang seharusnya ditanggung manusia itu sendiri (Yohanes 19:31-42; 2 Korintus 5:21). Tiga hari kemudian, Dia bangkit dari antara orang mati (1 Korintus 15:1-4). KebangkitanNya sekaligus menyatakan kemenanganNya atas dosa dan kematian. “Yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,” ungkap Petrus dalam 1 Petrus 1:3. Dengan iman, manusia bisa meninggalkan dosa dan berbalik kepada Kristus untuk mendapatkan keselamatan (Kisah Para Rasul 3:19). Jika kita menaruh iman kepadaNya, percaya bahwa kematianNya di atas salib untuk membayar dosa-dosa kita, maka kita akan diampuni dan diberikan hidup kekal di surga. Yohanes menunjukkan kemurahan hati Allah ini dengan berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Dalam Roma 10:9, Paulus menunjukkan jalan memperoleh kemurahan ini dengan berkata, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” Hanya iman di dalam karya Yesus, yang telah diselesaikan di atas salib, yang menjadi satu-satunya jalan menuju kehidupan kekal. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri,” tegas Paulus dalam Efesus 2:8-9. Jikalau Anda ingin menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, berikut ini sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman kepada Tuhan dan ungkapan terima kasih kepadaNya atas keselamatan yang telah Ia sediakan. Hanya iman kepada Yesus Kristus yang bisa menyelamatkan Anda. “Bapa di surga, saya tahu saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah mengambil hukuman yang sepantasnya saya tanggung, sehingga melalui iman kepadaNya, saya bisa diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang ajaib, untuk anugerah hidup kekal! Amin!” Apakah Anda membuat keputusan untuk menerima Kristus karena apa yang Anda baca di sini? Jika demikian, klik pada tombol “Saya telah menerima Kristus pada hari ini” di bawah. Pertanyaan: Apa itu doa untuk keselamatan? Jawaban: Banyak orang menanyakan “Apakah ada doa yang saya bisa doakan untuk menghasilkan keselamatan bagi saya?” Ketika mempertimbangkan pertanyaan ini penting untuk diingat bahwa keselamatan bukan diperoleh dengan mengutip suatu doa atau mengucapkan kalimat-kalimat tertentu. Alkitab sama sekali tidak mencantumkan ada orang yang diselamatkan melalui berdoa. Mengucapkan doa bukanlah jalan keselamatan yang sesuai dengan Alkitab. Cara Alkitab untuk keselamatan adalah dengan percaya pada Yesus. Yohanes 3:16 memberitahukan kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Keselamatan adalah oleh iman (Efesus 2:8), dengan menerima Yesus sebagai Juruselamat (Yohanes 1:12), dengan percaya hanya kepada Yesus (Yohanes 14:6; Kisah Rasul 4:12) – bukan dengan mengucapkan doa. Berita Alkitab mengenai keselamatan adalah sederhana dan jelas, dan pada saat yang sama juga mengagumkan. Kita semua telah berbuat dosa melawan Allah (Roma 3:23). Tidak ada seorangpun yang hidup seumur hidupnya tanpa berbuat dosa (Pengkhotbah 7:20). Karena dosa kita, kita pantas untuk mendapatkan hukuman dari Allah (Roma 6:23), dan hukuman itu adalah kematian secara fisik yang diikuti dengan kematian rohani. Karena dosa kita dan hukuman yang menyertainya, tidak ada yang dapat kita lakukan pada diri kita sendiri untuk mendamaikan diri kita dengan Allah. Sebagai hasil dari kasihNya kepada kita, Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Yesus hidup secara sempurna dan selalu mengajarkan kebenaran. Namun umat manusia menolak Yesus dan menyalibkan Dia sampai mati. Melalui perbuatan keji itu Yesus mati menggantikan kita. Yesus menanggung beban dan penghakiman dosa pada diriNya sendiri, dan mati untuk kita (2 Korintus 5:21). Yesus kemudian dibangkitkan (1 Korintus 15), membuktikan bahwa harga dosa telah dibayarNya sampai lunas, dan bahwa Dia telah mengalahkan dosa dan kematian. Sebagai hasil dari pengorbanan Yesus, Allah menawarkan keselamatan kepada kita sebagai anugrah. Allah memanggil kita semua untuk mengubah pikiran kita mengenai Yesus (Kisah Rasul 17:30), dan menerima Dia sebagai pembayaran penuh untuk dosa-dosa kita (1 Yohanes 2:2). Keselamatan diperoleh melalui menerima anugrah yang Allah tawarkan kepada kita, bukan melalui doa. Namun ini bukan berarti bahwa doa tidak ada kaitannya dalam menerima keselamatan. Jikalau Anda memahami Injil, percaya bahwa Injil itu adalah benar adanya, dan telah menerima Yesus untuk keselamatan Anda – adalah bagus dan pantas untuk mengungkapkan iman ini kepada Allah dalam doa. Berbicara dengan Allah melalui doa dapat merupakan cara untuk melangkah maju dari menerima fakta mengenai Yesus sebagai kebenaran kepada betul-betul percaya kepadaNya sebagai Juruselamat. Doa dapat dihubungkan dengan tindakan menempatkan iman Anda hanya kepada Yesus untuk mendapatkan keselamatan. Namun sekali lagi adalah sama pentingnya bahwa Anda tidak mendasarkan keselamatan Anda pada sekedar mengucapkan doa. Mengucapkan doa tidak akan menyelamatkan Anda! Jikalau Anda ingin menerima keselamatan yang tersedia melalui Yesus Kristus, berimanlah kepadaNya. Percaya sepenuhnya pada kematianNya sebagai korban yang cukup untuk dosa-dosa Anda. Bersandarlah padanya secara penuh sebagai Juruselamat Anda. Inilah cara Alkitab untuk keselamatan. Jikalau Anda telah menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda, silahkan mengucapkan doa kepada Allah. Ungkapkan pada Allah betapa Anda bersyukur untuk Yesus. Nyatakan syukur kepada Allah untuk kasih dan pengorbananNya. Katakan terima kasih kepada Yesus untuk kematianNya dan untuk menyediakan keselamatan bagi Anda. Inilah hubungan antara keselamatan dan doa yang Alkitabiah. Pertanyaan: Bagaimana saya bertobat kepada keKristenan? Jawaban: Seseorang di sebuah kota Yunani yang bernama Filipi menanyakan pertanyaan yang sama kepada Paulus dan Silas. Kita tahu paling sedikit tiga hal mengenai orang ini: dia adalah seorang sipir, dia adalah penyembah berhala, dan dia putus asa. Ada kemungkinan dia sudah hampir bunuh diri ketika Paulus mencegah dia. Kemudian orang ini bertanya, “Apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kisah 16:30) Fakta bahwa orang ini menanyakan pertanyaan tsb. menunjukkan bahwa dia menyadari kebuAllahnya akan keselamatan - dia melihat kematian sebagai bagiannya semata-mata, dan dia tahu bahwa dia membutuhkan pertolongan. Fakta bahwa dia menanyakan kepada Paulus dan Silas menunjukkan bahwa dia percaya bahwa mereka memiliki jawabannya. Jawabannya datang dengan cepat dan sederhana: “Percayalah kepada Allah Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kisah 16:31) Cerita selanjutnya memperlihatkan bagaimana orang itu percaya dan bertobat. Sejak hari itu hidupnya mulai berubah. Perhatikan bahwa pertobatan orang ini adalah berdasarkan iman (“percaya”). Dia harus percaya kepada Yesus semata-mata. Orang ini percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (“Allah”) dan Mesias yang menggenapi Kitab Suci (“Kristus”). Imannya juga meliputi kepercayaan bahwa Yesus mati bagi dosa dan bangkit kembali karena itulah berita yang dikhotbahkan oleh Paulus dan Silas (lihat Roma 10:9-10 dan 1 Korintus 15:1-4). Secara harafiah “bertobat” artinya “berbalik.” Ketika kita berbalik kepada sesuatu pada saat yang sama kita juga berbalik dari sesuatu. Ketika kita berbalik kepada Yesus, kita juga berbalik dari dosa. Alkitab menyebut berbalik dari dosa sebagai “penyesalan” dan berbalik kepada Kristus sebagai “iman.” Karena itu penyesalan dan iman adalah saling melengkapi. Baik penyesalan maupun iman diindikasikan dalam 1 Tesalonika 1:9 - “bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah” (1 Tesalonika 1:9). Sebagai hasil dari pertobatan yang sejati kepada keKristenan, orang Kristen akan meninggalkan jalan hidupnya yang dulu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan yang salah. Secara sederhana, untuk bertobat kepada keKristenan Anda harus percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang telah mati bagi dosa Anda dan bangkit kembali. Anda harus sependapat dengan Allah bahwa Anda adalah orang berdosa yang membutuhkan keselamatan, dan Anda harus percaya pada Yesus saja untuk menyelamatkan Anda. Ketika Anda berbalik dari dosa kepada Kristus, Allah berjanji menyelamatkan Anda dan memberi Anda Roh Kudus yang menjadikan Anda sebagai ciptaan baru. KeKristenan dalam bentuknya yang sejati bukanlah agama. Menurut Alkitab, keKristenan adalah hubungan dengan Yesus Kristus. KeKristenan adalah Allah menawarkan keselamatan kepada setiap orang yang percaya dan menerima pengorbanan Yesus Kristus. Seseorang yang bertobat kepada keKristenan bukan meninggalkan satu agama dan memeluk agama lainnya. Bertobat kepada keKristenan adalah menerima hadiah yang ditawarkan Allah dan memulai relasi pribadi dengan Yesus Kristus yang membuahkan pengampunan dosa dan kekekalan di Surga setelah meninggalkan dunia ini. Apakah Anda berniat bertobat pada keKristenan karena apa yang Anda baca dalam artikel ini? Jika Anda menjawab ya, berikut ini adalah sebuah doa sederhana yang dapat Anda panjatkan pada Allah. Mengucapkan doa ini atau doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanyalah percaya kepada Yesus yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini hanya sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Allah dan berterima kasih padaNya untuk keselamatan yang disediakan bagi Anda. “Allah, saya tahu bahwa saya telah berdosa terhadap Engkau dan layak mendapatkan hukuman. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang sepantasnya saya tanggung sehingga melalui iman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya percaya kepadaMu untuk keselamatanku. Terima kasih untuk anugrah dan pengampunanMu yang ajaib – anugrah hidup kekal! Amin!” May 2, 2015 Pertanyaan: Apa itu doa orang berdosa? Jawaban: Doa orang berdosa adalah doa yang didoakan orang kepada Tuhan saat mereka menyadari bahwa mereka adalah orang berdosa dan membutuhkan Juruselamat. Sekedar mengucapkan doa orang berdosa tidak akan menghasilkan apa-apa. Doa orang berdosa hanya bermanfaat jikalau doa itu dengan sungguh-sungguh mengungkapkan apa yang diketahui, dimengerti dan dipercaya oleh orang tsb mengenai dosanya dan kebutuhannya untuk diselamatkan. Aspek pertama dari doa orang berdosa adalah pengertian bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa. Roma 3:10 mengatakan, “Seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” Alkitab sangat jelas bahwa setiap kita sudah berdosa. Kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan belas kasihan dan pengampunan dari Tuhan (Titus 3:5-7). Karena dosa kita, kita pantas menerima hukuman kekal (Matius 25:46). Doa orang berdosa adalah permohonan untuk mendapatkan anugrah dan bukannya penghakiman. Ini adalah doa untuk mohon belas kasihan dan bukannya murka. Aspek kedua dari doa orang berdosa adalah mengetahui apa yang Tuhan sudah lakukan untuk memperbaiki kondisi kita yang berdosa dan terhilang. Allah datang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus (Yohanes 1:1, 14). Yesus mengajar kita kebenaran mengenai Allah dan hidup dalam kebenaran yang sempurna dan tidak berdosa sama sekali (Yohanes 8:46, 2 Korintus 5:21). Yesus kemudian mati di salib menggantikan kita, menanggung hukuman yang sepantasnya kita tanggung (Roma 5:8). Yesus bangkit dari kematian membuktikan kemenanganNya atas dosa, kematian dan neraka (Kolose 2:15, 1 Korintus 15). Karena semua ini, dosa-dosa kita diampuni dan kita dijanjikan rumah kekal di Surga, kita kita bersedia menaruh iman kita kepada Yesus Kristus. Satu-atunya yang kita perlu lakukan adalah percaya bahwa Dia mati menggantikan kita dan bangkit kembali dari antara orang mati (Roma 10:9-10). Kita diselamatkan semata-mata karena anugerah belaka, melalui iman di dalam Yesus Kristus. Efesus 2:8 mengatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Mengucapkan doa orang berdosa adalah sebuah cara untuk memberitahu Tuhan bahwa Anda bersandar pada Yesus Kristus sebagai Juruselamatmu. Di dalamnya tidak ada kata-kata “ajaib” yang dapat menghasilkan keselamatan. Hanya iman kepada kematian dan kebangkitan Yesus yang dapat menyelamatkan kita. Jika Anda mengerti bahwa Anda adalah orang berdosa dan membutuhkan keselamatan melalui Yesus Kristus, berikut ini adalah sebuah doa orng berdosa yang dapat Anda doakan kepada Tuhan, “Tuhan, saya tahu saya adalah orang berdosa. Saya tahu bahwa saya pantas menerima akibat dari dosa-dosa saya. Namun demikian, saya percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat saya. Saya percaya bahwa kematian dan kebangkitanNya menyediakan pengampunan bagi saya. Saya percaya kepada Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamatku. Tuhan, terima kasih untuk menyelamatkan dan mengampuni saya! Amin!” Pertanyaan: Apa itu Jalan Roma Menuju Keselamatan? Jawaban: Jalan Roma menuju keselamatan adalah cara untuk membagikan Injil Keselamatan dengan mempergunakan ayat-ayat Alkitab dari Surat Roma. Ini adalah cara yang sederhana namun ampuh untuk menjelaskan mengapa kita membutuhkan keselamatan, bagaimana Tuhan menyediakan keselamatan, bagaimana kita menerima keselamatan dan apa hasil dari keselamatan. Ayat Alkitab yang pertama dari Jalan Roman menuju keselamatan adalah Roma 3:23, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Kita semua sudah berdosa. Kita sudah melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Tuhan. Tidak seorangpun yang tidak bersalah. Roma 3:10-18 memberikan gambaran detil seperti apa dosa itu dalam kehidupan kita. Ayat Alkitab yang kedua dari Jalan Roma menuju keselamatan, Roma 6:23, mengajar kita mengenai konsekwensi dari dosa - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Hukuman yang pantas bagi dosa kita adalah kematian. Bukan hanya kematian secara fisik, namun kematian kekal! Ayat ketiga dari Jalan Roma menuju keselamatan adalah kelanjutan dari Roma 6:23, “tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Roma 5:8 menyatakan, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” Yesus kristus telah mati bagi kita! Kematian Yesus membayar harga dosa-dosa kita. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Tuhan telah menerima kematian Yesus sebagai pembayaran atas dosa-dosa kita. Tempat perhentian berikut dalam Jalan Roma menuju keselamatan adalah Roma 10:9, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”Karena kematian Yesus adalah bagi kita, satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah percaya kepadaNya, menerima kematianNya sebagai pembayaran bagi dosa-dosa kita, dan kita akan diselamatkan! Roma 10:13 mengatakan, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan.” Yesus telah mati untuk membayar dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita dari kematian kekal. Keselamatan, pengampunan dosa, tersedia bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Bagian terakhir dari Jalan Roma menuju keselamatan adalah hasil dari keselamatan. Roma 5:1 mengandung berita yang indah ini, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Melalui Yesus Kristus kita dapat memperoleh hubungan yang damai dengan Tuhan. Roma 8:1 mengajar kita, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Karena Yesus telah mati bagi kita, kita tidak akan menerima hukuman bagi dosa-dosa kita. Dan akhirnya, kita memiliki janji dalam Roma 8:38-39, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Maukah Anda mengikuti Jalan Roma menuju keselamatan? Jika demikian, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda bersandar kepada Yesus Kristus untuk keselamatan Anda. Kata-kata doa ini tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya iman kepada Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Dengan pertolonganMu, saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!” April 26, 2015 Pertanyaan: Apa itu rencana keselamatan? Jawaban: Apakah Anda lapar? Bukan lapar secara fisik, tetapi apakah Anda lapar untuk hidup yang lebih baik? Apakah di dalam diri Anda ada sesuatu yang tidak pernah dipuaskan? Jika demikian, Yesus adalah jalannya. Yesus berkata, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yohanes 6:35). Apakah Anda kebingungan? Apakah Anda sepertinya tidak pernah menemukan dan mengerti jalan kehidupan? Apakah hidup Anda seperti dalam kegelapan dan Anda tidak bisa mencari cara untuk meneranginya? Jika demikian, Yesuslah jalannya. Yesus mengatakan,"Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Apakah Anda merasa terkunci? Anda mencoba berbagai pintu, dan yang Anda temukan adalah kekosongan dan hal-hal yang tidak ada artinya? Apakah Anda mencari pintu masuk kepada hidup yang berkelimpahan? Kalau demikian, Yesuslah jalannya! Yesus berkata, “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput” (Yohanes 10:9). Apakah orang lain mengecewakan Anda? Apakah relasi Anda dengan orang lain dangkal dan kosong? Apakah Anda merasa bahwa orang lain selalu berusaha memanfaatkan Anda? Jika demikian, Yesuslah jalannya. Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; … Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yohanes 10:11,14). Apakah Anda memikirkan apa yang terjadi setelah Anda meninggal dunia? Apakah Anda capek dengan hal-hal yang pada akhirnya rusak dan hancur? Apakah Anda sering merenungkan apakah hidup ini ada artinya? Apakah Anda ingin hidup setelah mati? Jika demikian, Yesuslah jalannya! Yesus menyatakan, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya" (Yohanes 11:25-26). Apakah jalan itu? Apakah kebenaran itu? Apakah hidup? Yesus menjawab,"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Kelaparan yang Anda rasakan adalah kelaparan rohani, dan hanya dapat dikenyangkan oleh Yesus. Yesus adalah Satu-satunya yang dapat menerangi kegelapan Anda. Yesus adalah Pintu kepada hidup yang berkelimpahan. Yesus adalah Sahabat dan Gembala yang Anda cari-cari. Yesus adalah Hidup – sekarang dan akan datang. Yesus adalah Jalan keselamatan! Penyebab dari kelaparan Anda, penyebab dari kegelapan yang melingkupi hidup Anda, penyebab dari kegagalan Anda mendapatkan makna hidup, semua itu adalah karena Anda terpisah dari Tuhan. Alkitab memberitahukan bahwa kita semua telah berdosa dan karena itu kita terpisah dari Tuhan (Pengkhotbah 7:20; Roma 3:23). Kekosongan yang Anda rasakan dalam hati adalah karena Tuhan tidak ada dalam hidup Anda. Kita diciptakan untuk berhubungan dengan Allah. Karena dosa kita, kita tidak dapat memiliki hubungan itu. Yang lebih parah lagi, dosa akan menyebabkan kita terpisah dari Tuhan untuk kekekalan, dalam hidup ini dan sesudahnya (Roma 6:23; Yohanes 3:36). Bagaimana masalah ini dapat diselesaikan? Yesuslah jalannya. Yesus memikul dosa-dosa kita (2 Korintus 5:21). Yesus mati menggantikan kita (Roma 5:8) menanggung hukuman yang sepantasnya kita tanggung. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari antara orang mati, membuktikan kemenanganNya atas dosa dan kematian (Roma 6:4-5). Mengapa Dia melakukannya? Yesus sendiri menjawab pertanyaan ini, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Yesus mati supaya kita bisa hidup. Jika kita beriman kepada Yesus, percaya kepada kematianNya sebagai pembayaran atas dosa-dosa kita, semua dosa kita diampuni dan dibersihkan. Kelaparan rohani kita akan dikenyangkan. Terang akan bernyala. Kita akan mendapatkan jalan kepada hidup yang berkelimpahan. Kita akan mengenal Sahabat sejati dan Gembala kita yang baik. Kita akan tahu bahwa kita akan memiliki hidup setelah meninggalkan dunia ini, hidup dalam kebangkitan bersama dengan Yesus di surga untuk selama-lamanya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Pertanyaan: Apa agama yang tepat bagi saya? Jawaban: Restoran cepat-saji memancing kita dengan mengijinkan kita memesan makanan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Beberapa rumah kopi membanggakan ratusan macam rasa dan jenis kopi yang mereka jual. Bahkan dalam membeli rumah dan mobil, kita bisa memilih opsi dan fitur yang sesuai dengan keinginan kita. Kita tidak lagi terbatas dengan coklat, vanila atau strawberry. Pilihan, itu adalah raja. Anda dapat memperoleh apapun sesuai dengan kesukaan dan kebutuhan pribadi Anda. Jadi bagaimana dengan agama yang persis Anda inginkan? Bagaimana dengan agama yang tidak membuat rasa bersalah, tidak ada penuntutan dan tidak dipenuhi dengan harus begini dan tidak boleh begitu? Agama seperti itu ada, tetapi dapatkah kita memilih agama seperti memilih rasa es krim? Dalam dunia ini ada banyak suara yang mencoba menarik perhatian kita; jadi mengapa kita harus mempertimbangkan Yesus lebih dari Muhammad atau Konghucu atau Budha atau Charles Taze Russell atau Joseph Smith? Bukankah semua jalan menuntun ke surga? Bukankah pada dasarnya semua agama sama saja? Yang benar ialah: tidak semua agama menuntun ke surga, sama seperti tidak semua jalan membawa kita ke Jakarta. Hanya Yesus sendiri yang berbicara dengan otoritas Tuhan karena hanya Yesus yang telah mengalahkan kematian. Muhammad, Konghucu dan lain-lainnya tetap tinggal dalam kuburan sampai hari ini, tetapi Yesus, dengan kuasaNya sendiri, keluar dari kubur pada hari yang ketiga setelah mati dengan keji di salib. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut mendapat perhatian kita. Setiap orang yang berkuasa atas kematian patut untuk didengar. Bukti-bukti yang mendukung kebangkitan Tuhan Yesus sangat banyak. Pertama-tama, ada kurang lebih 500 saksi mata yang menyaksikan Yesus yang bangkit! Jumlah tsb adalah jumlah yang banyak. Lima ratus suara tidak boleh diabaikan begitu saja. Ditambah lagi dengan kubur kosong. Para musuh Yesus dapat dengan mudah menghentikan pembicaraan mengenai kebangkitan Yesus dengan memperlihatkan mayat Yesus yang mulai membusuk, tapi mereka tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Kubur Yesus kosong! Dapatkah para murid mencuri mayat Yesus? Tidak mudah. Untuk mencegah hal itu kubur Yesus dijaga oleh para tentara yang bersenjata. Mengingat bahwa para pengikut Yesus lari ketakutan saat Yesus ditangkap dan disalibkan, kecil sekali kemungkinan untuk sekelompok nelayan yang ketakutan ini untuk berani datang menghadapi para tentara yang profesional dan terlatih. Fakta berbicara, kebangkitan Tuhan Yesus tidak dapat diabaikan begitu saja! Sekali lagi, setiap orang yang berkuasa atas kematian pantas untuk didengar. Yesus membuktikan kuasaNya atas kematian, kita perlu mendengar apa yang Dia katakan. Yesus mengklaim sebagai satu-satunya jalan keselamatan (Yohanes 14:6). Yesus bukan salah satu jalan; Dia adalah satu-satunya jalan. Dan Yesus yang sama ini berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Hidup dalam dunia ini adalah hidup yang berat. Banyak di antara kita yang bercucuran darah, dan babak belur dalam dunia ini. Betul? Jadi apa yang Anda inginkan? Pemulihan atau sekedar sebuah agama? Juruselamat yang hidup atau salah satu dari sekian banyak “nabi” yang mati? Hubungan yang bermakna atau upacara-upacara yang kosong? Yesus bukan salah satu pilihan, Dia adalah satu-satunya pilihan! Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari pengampunan (Kisah Rasul 10:43). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari hubungan yang berarti dengan Tuhan (Yohanes 10:10). Yesus adalah “agama” yang tepat kalau Anda mencari rumah kekal di Surga (Yohanes 3:16). Tempatkan iman Anda kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamatmu, Anda tidak akan menyesal! Percayalah kepadanya untuk pengampunan dosamu, Anda tidak akan dikecewakan. Jikalau Anda ingin memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!” April 25, 2015 Pertanyaan: Bagaimana saya dapat memperoleh kepastian bahwa saya akan masuk Surga setelah saya meninggal dunia? Jawaban: Apakah Anda memiliki kepastian bahwa Anda memiliki hidup kekal dan akan masuk surga saat Anda meninggalkan dunia ini? Allah ingin Anda memiliki kepastian itu. Alkitab mengatakan, “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:13). Misalnya Anda berdiri di hadapan Tuhan saat ini dan Dia bertanya, “Mengapa Saya harus mengijinkan engkau masuk Surga?” Apa yang akan Anda katakan? Anda mungkin tidak tahu bagaimana menjawabnya. Apa yang patut Anda ketahui ialah bahwa Tuhan mengasihi kita dan telah menyediakan cara untuk kita mendapat kepastian di mana kita akan melewati kekekalan. Alkitab mengatakan demikian, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Pertama-tama kita perlu memahami masalah yang menghalangi kita masuk surga. Persoalan itu adalah pribadidosa kita yang menghalangi kita menjalin relasi dengan Tuhan. Secara pribadidan berdasarkan pilihan kita, kita ada orang berdosa. “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Kita tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Kita pantas dibinasakan dan masuk neraka. “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Tuhan suci dan adil, dan harus menghukum dosa, namun Dia mengasihi kita dan telah menyediakan pengampunan untuk dosa-dosa kita. Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6). Yesus mati bagi kita di atas salib: “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1 Petrus 3:18). Yesus dibangkitkan dari antara orang mati: “Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita (Roma 4:25). Jadi kembali kepada pertanyaan kita yang semula – “Bagaimana saya tahu pasti bahwa saya akan masuk Surga saat saya meninggal dunia?” Jawabannya: percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan diselamatkan (Kisah Rasul 16:31). “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya” (Yohanes 1:12). Anda dapat menerima hidup kekal sebagai hadiah CUMA-CUMA. “Karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Anda dapat memiliki hidup yang berkelimpahan dan bermakna saat ini juga. Yesus berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). Anda dapat hidup dalam kekekalan bersama dengan Yesus di Surga karena Dia sudah berjanji, “Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada” (Yohanes 14:3). Jikalau Anda mau menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda dan menerima pengampunan dari Tuhan, berikut ini adalah sebuah doa yang dapat Anda doakan. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah! Amin!” Pertanyaan: Adalah kehidupan setelah kematian? Jawaban: Adakah kehidupan setelah kematian? Alkitab memberitahu kita, "Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan. … Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? (Ayub 14:1-2, 14) Sama seperti Ayub, hampir setiap kita ditantang oleh pertanyaan ini. Apa yang terjadi kepada kita setelah kita meninggal dunia? Apakah kita hilang begitu saja? Apakah hidup itu suatu pintu yang berputar di mana orang datang dan pergi dari dunia ini supaya mendapat kemuliaan dan kebesaran? Apakah setiap orang pergi ke tempat yang sama, atau kita pergi ke tempat yang berbeda-beda? Apakah surga dan neraka ada, atau itu hanya suatu angan-angan? Alkitab mengatakan bukan saja ada kehidupan setelah kematian, namun ada hidup kekal yang begitu mulia, “yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Yesus Kristus, Allah dalam wujud manusia, datang ke dunia ini untuk memberi kita karunia hidup kekal. “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:5). Yesus menanggung hukuman yang seharusnya setiap kita tanggung dan mengorbankan nyawaNya sendiri. Tiga hari kemudian, Dia membuktikan kemenanganNya atas kematian dengan bangkit dari kubur, dalam Roh dan tubuh. Dia tetap tinggal di bumi ini untuk empat puluh hari lamanya dan dilihat oleh ribuan orang sebelum akhirnya Dia naik ke rumahNya yang kekal di Surga. Roma 4:25 mengatakan, “Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita” (Roma 4:25). Kebangkitan Kristus adalah peristiwa yang dicatat dengan baik. Rasul Paulus menantang orang-orang yang mempertanyakan keabsahannya dan tidak seorangpun dapat menolak kebenarannya. Kebangkitan adalah batu penjuru dari iman Kristen. Karena Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, kita percaya kita pun akan dibangkitkan. Paulus menasihati beberapa orang-orang Kristen mula-mula yang tidak percaya akan kebangkitan: “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan” (1 Korintus 15:12-13). Kristus adalah hasil pertama dari panen besar orang-orang yang akan dibangkitkan kembali. Kematian fisik menimpa semua orang melalui satu orang, Adam, yang punya hubungan dengan kita semua. Namun semua orang yang telah diadopsi ke dalam keluarga Allah melalui iman dalam Yesus Kristus akan diberikan hidup baru (1 Korintus 15:20-22). Sebagaimana Allah membangkitkan tubuh Yesus, demikian pula tubuh kita akan dibangkitkan saat Yesus datang kembali (1 Korintus 6:14). Walaupun pada akhirnya kita semua akan dibangkitkan, tidak semua orang akan masuk ke Surga. Dalam hidup ini setiap orang harus membuat pilihan di mana dia akan hidup dalam kekekalan. Alkitab mengatakan bahwa manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27). Mereka yang telah dibenarkan akan hidup kekal di surga, tetapi orang-orang yang tidak percaya akan masuk ke dalam hukuman kekal, atau neraka (Matius 25:46). Sama seperti surga, neraka bukan hanya suatu keadaan, tapi merupakan sebuah tempat yang nyata. Neraka adalah sebuah tempat di mana orang-orang yang bedosa akan mengalami murka Tuhan secara kekal dan tanpa akhir. Mereka akan mengalami siksaan secara emosi, mental, dan fisik. Mereka akan merasa malu, menyesal dan bersalah. Neraka digambarkan sebagai jurang yang tanpa dasar (Lukas 8:31, Wahyu 9:1), lautan api dan belerang, di mana para penghuninya disiksa siang dan malam untuk selama-lamanya (Wahyu 20:10). Di neraka akan ada tangisan dan kertak gigi, menunjukkan kesusahan dan kemarahan yang amat sangat (Matius 13:42). Neraka adalah tempat “di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam” (Markus 9:48). Allah tidak menikmati kebinasaan orang-orang jahat dan ingin untuk mereka berbalik dari jalan-jalan mereka yang sesat supaya mereka hidup (Yehezkiel 33:11). Namun Dia tidak memaksa kita untuk tunduk; jika kita terus menerus menolak Dia, Tuhan tidak punya pilihan lain selain memberi kita apa yang kita inginkan, hidup terpisah dari Dia. Hidup di atas bumi ini adalah suatu ujian, suatu persiapan untuk apa yang akan datang. Bagi orang-orang percaya itu adalah hidup kekal di hadapan Tuhan. Jadi bagaimana kita dibenarkan dan dapat menerima hidup kekal? Hanya ada satu jalan – melalui iman dan kepercayaan kepada Anak Allah, Yesus Kristus. Yesus berkata, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.…" (Yohanes 11:25-26). Karunia hidup kekal tersedia bagi semua orang, tapi untuk menerimanya kita perlu menolak beberapa kesenangan duniawi dan mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yohanes 3:36). Kita tidak akan memperoleh kesempatan untuk bertobat dari dosa-dosa kita setelah kita meninggal dunia karena setelah kita bertemu Tuhan muka dengan muka kita tidak ada pilihan lain selain percaya kepadaNya. Tuhan menghendaki kita datang kepadaNya di dalam iman dan kasih sekarang ini. Jika kita menerima kematian Yesus sebagai pembayaran atas dosa dan pemberontakan kita terhadap Tuhan, kita dijamin bukan hanya memperoleh hidup yang berarti di dunia ini, namun juga hidup kekal di hadapan Kristus. Jikalau Anda mau menerima Yesus sebagai Juruselamat Anda dan menerima pengampunan dari Tuhan, berikut ini adalah sebuah doa yang dapat Anda doakan. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah – karunia hidup kekal! Amin!” April 24, 2015 Pertanyaan: Apakah Yesus satu-satunya jalan ke Surga? Jawaban: “Saya ini pada dasarnya adalah orang baik, karena itu saya akan masuk Surga.” “OK, saya ada melakukan beberapa hal yang tidak baik, tapi saya melakukan lebih banyak hal-hal yang baik, jadi saya akan masuk surga.” “Tuhan tidak akan memasukkan saya ke neraka hanya karena saya tidak hidup sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Alkitab. Zaman sudah berubah!” “Hanya orang yang betul-betul jahat, seperti orang yang suka mengganggu anak-anak dan pembunuh yang masuk neraka.” Ini adalah alasan-alasan yang sering dikemukakan orang, namun kenyataannya, semuanya adalah bohong. Iblis, penguasa dunia, menanamkan konsep-konsep itu dalam pikiran kita. Dia, dan setiap orang yang mengikuti jalannya, adalah musuh Tuhan (1 Petrus 5:8). Iblis selalu menyaru sebagai pribadi yang baik (2 Korintus 11:14), tetapi dia menguasai semua pikiran yang bukan milik Tuhan. “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah (2 Korintus 4:4). Adalah suatu kebohongan kalau dikatakan bahwa Tuhan tidak peduli pada dosa-dosa kecil, dan bahwa neraka disediakan hanya bagi “orang jahat.” Segala macam dosa memisahkan kita dari Allah, termasuk “dusta putih dan kecil.” Setiap orang sudah berdosa dan tidak seorangpun yang dapat masuk ke surga dengan upaya sendiri (Roma 3:23). Masuk ke surga bukanlah berdasarkan apakah kebaikan kita lebih banyak dari kejahatan kita. Kalau itu ukurannya, kita semua akan kalah. “Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (Roma 11:6). Tidak ada perbuatan baik yang dapat kita lakukan untuk membawa kita masuk surga (Titus 3:5). “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya” (Matius 7:13). Bahkan jikalau semua orang hidup dalam dosa dan tidak banyak yang percaya kepada Tuhan, Tuhan tidak akan menerima itu sebagai alasan. “Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka (Efesus 2:2). Ketika Tuhan menciptakan dunia, dunia sempurna adanya. Segalanya baik. Kemudian Dia menciptakan Adam dan Hawa dan memberi mereka kehendak bebas sehingga mereka dapat memilih mau mengikuti dan menaati Tuhan atau tidak. Namun Adam dan Hawa, manusia yang pertama yang diciptakan Tuhan, digoda oleh Iblis untuk tidak taat kepada Tuhan dan mereka berdosa. Akibatnya mereka (dan semua orang yang lahir kemudian, termasuk kita) tidak dapat memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Maka Tuhan membuka jalan supaya kita dapat dipersatukan dengan Dia di surga. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23). Yesus dilahirkan supaya Dia dapat menunjukkan jalan kepada kita dan mati bagi dosa-dosa kita sehingga kita tidak perlu mati. Tiga hari setelah kematianNya, Yesus bangkit dari kubur (Roma 4:25), membuktikan kemenanganNya atas kematian. Dia menjembatani jurang antara Allah dan manusia sehingga kita dapat memiliki hubungan pribadi dengan Allah jika kita mau percaya. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yohanes 17:3). Kebanyakan orang percaya tentang Tuhan, termasuk Iblis. Tapi supaya diselamatkan, kita perlu berbalik kepada Tuhan, menjalin hubungan pribadi dengan Dia, berbalik dari dosa-dosa kita dan mengikuti Dia. Kita mesti percaya kepada Yesus dalam segala hal yang kita miliki dan lakukan. “Allah memungkinkan manusia berbaik dengan Dia, hanya kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus. Allah berbuat ini untuk semua orang yang percaya kepada Kristus; sebab tidak ada perbedaannya” (Roma 3:22). Alkitab mengajarkan kita bahwa tidak ada jalan lain untuk mendapatkan keselamatan selain melalui Kristus. Yesus berkata dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6). Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan karena Dia adalah satu-satunya yang dapat membayar hutang dosa kita (Roma 3:23). Tidak ada agama lain yang mengajarkan dalamnya dan seriusnya dosa kita dan akibat-akibatnya. Tidak ada agama yang menawarkan pembayaran dosa seperti yang disediakan oleh Yesus. Tidak ada “pendiri agama” lain yang adalah Allah yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14 – satu-satunya cara untuk melunasi utang dosa. Yesus haruslah Allah supaya Dia dapat membayar hutang kita. Yesus harus menjadi seorang manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12). April 23, 2015 Pertanyaan: Bagaimana saya bisa benar di hadapan Tuhan? Jawaban: Agar dapat menjadi “benar” dengan Tuhan, pertama-tama kita perlu tahu apa yang “salah.” jawabannya: dosa. “Tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.” (Mazmur 14:3). Kita telah memberontak melawan hukum-hukum Tuhan, kita “sekalian sesat seperti domba” (Yesaya 53:6). Kabar buruknya adalah bahwa hukuman dosa adalah kematian. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” (Yehezkiel 18:4) Kabar baiknya adalah Allah yang Pengasih telah mencari kita untuk memberi kita keselamatan. Yesus mengumumkan bahwa maksud kedatanganNya adalah untuk “mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10), dan Dia mengumumkan bahwa rencanaNya sudah dipenuhi ketika Dia mati di atas salib dan mengatakan, "Sudah selesai!" (Yohanes 19:30). Memiliki hubungan yang benar dengan Allah dimulai dengan mengakui dosa Anda. Langkah berikutnya adalah dengan rendah hati mengaku dosa kepada Tuhan (Yesaya 57:15) dan ketekadan untuk meninggalkan dosa. “Dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10). Penyesalan semacam ini harus dibarengi dengan iman. Khususnya iman kepada kematian dan kebangkitan Yesus yang memungkinkan Dia menjadi Juruselamat Anda. “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.” (Roma 10:9). Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang berbicara mengenai pentingnya iman, seperti misalnya Yohanes 20:27, Kisah Rasul 16:31, Galatia 2:16, 3:11, 26 dan Efesus 2:8. Menjadi benar dengan Tuhan adalah berhubungan dengan respon Anda terhadap apa yang Tuhan telah lakukan atas nama Anda. Dia mengirimkan Juruselamat, Dia menyediakan korban yang menghapus dosa-dosa Anda (Yohanes 1:29), dan Dia menawarkan janji ini, “Barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.” (Kisah 2:21). Ilustrasi yang indah mengenai penyesalan dan pengampunan ditemukan dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Lukas 15:11-32). Anak yang bungsu menghambur-hamburkan pemberian ayahnya dalam dosa yang memalukan (ayat 13). Ketika dia mengakui kesalahannya, dia memutuskan untuk kembali ke rumah (ayat 18). Dia menganggap bahwa dia tidak akan dianggap sebagai anak lagi *ayat 19), tapi dia salah. Sang ayah tetap mengasihi sang pemberontak yang pulang ke rumah itu dengan kasih yang tidak berubah (ayat 20). Segala kesalahannya diampuni dan pesta diadakan (ayat 24). Allah setia dalam memelihara janji-janjinya, termasuk janji untuk mengampuni. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19). Jikalau Anda ingin menjadi benar dengan Tuhan, berikut ini adalah sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya percaya kepada Yesus yang akan menyelamatkan Anda dari dosa. Doa ini adalah sebuah cara untuk mengungkapkan kepada Tuhan bahwa Anda beriman kepadaNya dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia sediakan bagi Anda. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang seharusnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya berbalik dari dosa-dosaku dan percaya kepadaMu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang indah, yaitu karunia hidup kekal! Amin!” Pertanyaan: Apa empat hukum rohani itu? Jawaban:Empat Hukum Rohani adalah cara untuk membagikan kabar baik mengenai keselamatan yang tersedia melalui beriman di dalam Yesus Kristus. Empat Hukum Rohani adalah cara sederhana untuk menata informasi penting mengenai Injil ke dalam empat butir. Hukum yang pertama dari Empat Hukum Rohani adalah “Tuhan mengasihi Anda dan memiliki rencana yang indah bagi hidup Anda.” Yohanes 3:16 memberitahu kita, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 10:10 memberi kita alasan kedatangan Yesus, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” Apa yang menghalangi kita dari kasih Allah? Apa yang menghalangi kita dari hidup yang berkelimpahan? Hukum yang kedua dari Empat Hukum Rohani adalah “Manusia telah dinodai oleh dosa dan karena itu terpisah dari Tuhan sehingga kita tidak dapat mengenal rencana Allah bagi hidup kita.” Roma 3:23 meneguhkan hal ini, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Roma 6:23 memberitahu kita akibat dari dosa, “upah dosa ialah maut.” Tuhan menciptakan kita supaya kita bersekutu dengan Dia. Namun manusia membawa dosa ke dalam dunia dan karena itu terpisah dari Allah. Kita telah merusak hubungan yang Tuhan mau kita miliki. Apa solusinya? Hukum ketiga dari Empat Hukum Rohani adalah “Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keluar dari dosa-dosa kita. Melalui Yesus Kristus dosa kita diampuni dan hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan kembali.” Roma 5:8 memberitahu kita, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” 1 Korintus 15:3-4 memberitahukan apa yang kita perlu tahu dan percaya supaya bisa diselamatkan, “bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci…” Dalam Yohanes 14:6, Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan, Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Bagaimana saya dapat menerima angerah keselamatan yang begitu indah ini? Hukum keempat dari Empat Hukum Rohani adalah, “Kita harus beriman kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita agar dapat menerima anugerah keselamatan dan mengetahui rencana indah Tuhan bagi hidup kita.” Yohanes 1:12 memberikan gambaran sedemikian kepada kita, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Kisah Rasul 16:31 mengatakan dengan sangat jelas, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat!" Kita diselamatkan semata-mata karena anugerah, hanya melalui iman di dalam Yesus Kristus (Efesus 2:8-9). Jikalau Anda mau percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, ungkapkan kepada Tuhan kata-kata berikut ini. Sekedar mengucapkan kata-kata ini tidak akan menyelamatkan Anda, hanya percaya kepada Tuhan Yesus yang akan menyelamatkan Anda. Doa ini hanyalah sebuah cara sederhana untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan untuk bersyukur kepadaNya untuk keselamatan yang Dia telah sediakan. “Tuhan, saya tahu bahwa saya telah berdosa kepadaMu dan pantas untuk dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman saya sehingga melalui iman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosaku dan percaya kepadamu untuk diselamatkan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang ajaib, karunia hidup kekal! Amin! Pertanyaan: Apa artinya menjadi orang Kristen yang lahir kembali? Jawaban: Apa artinya menjadi orang Kristen yang lahir kembali? Bagian Alkitab yang sering dipakai untuk menjawab pertanyaan ini adalah Yohanes 3:1-21. Tuhan Yesus Kristus sementara berbicara dengan Nikodemus, orang Parisi yang ternama, dan anggota Sanhedrin (penguasa orang Yahudi). Nikodemus datang kepada Yesus pada malam hari. Nikodemus memiliki pertanyaan yang mau ditanyakan kepada Yesus. Sementara Yesus berbicara dengan Nikodemus, Dia berkata, “…Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. (Yohanes 3:3-7). Kata “dilahirkan kembali” secara harafiah berarti “lahir dari atas.” Nikodemus memiliki kebutuhan yang nyata. Dia memerlukan perubahan hati, suatu transformasi rohani. Lahir baru, lahir kembali, adalah tindakan Allah yang memungkinkan untuk hidup kekal diberikan kepada orang yang percaya (2 Korintus 5:17; 1 Petrus 1:3; 1 Yohanes 2:29; 3:9; 5:1-4, 18). Yohanes 1:12, 13 mengindikasikan bahwa “lahir kembali” juga berarti “menjadi anak-anak Allah” melalui percaya dalam nama Yesus Kristus. Secara logika muncul pertanyaan, “Mengapa seseorang perlu dilahirkan kembali?” Rasul Paulus dalam Efesus 2:1 mengatakan, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kepada orang-orang Roma, dalam Roma 3:23, sang Rasul menuliskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Jadi, orang perlu dilahirkan kembali supaya dosa-dosa mereka diampuni dan agar dapat berhubungan dengan Allah. Bagaimana hal itu dapat terjadi? Efesus 2:8,9 menjelaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9). Ketika orang “diselamatkan,” dia dilahirkan kembali, diperbaharui secara rohani, dan sekarang orang itu menjadi anak Allah karena dilahirkan kembali. Percaya kepada Yesus Kristus, Dia yang telah membayar hukuman dosa ketika Dia mati di kayu salib, adalah arti dari “lahir kembali” secara rohani. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru …” (2 Korintus 5:17a) Jikalau Anda belum pernah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda, maukah Anda menerima gerakan Roh Kudus yang berbicara dalam hati Anda? Anda perlu dilahirkan kembali. Maukah Anda mengucapkan doa penyesalan dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus hari ini? “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yohanes 1:12-13). Jikalau Anda bersedia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat Anda dan dilahirkan kembali, di sini ada sebuah contoh doa. Ingat, sekedar mengucapkan doa ini atau doa-doa lainnya tidak akan menyelamatkan Anda. Hanya dengan percaya kepada Kristus yang dapat menyelamatkan Anda dari dosa-dosa Anda. Doa ini hanyalah sebuah cara untuk mengungkapkan iman Anda kepada Tuhan dan untuk berterima kasih kepadaNya untuk keselamatan yang Dia telah sediakan untuk Anda. “Tuhan, saya tahu saya telah berdosa terhadap Engkau dan saya pantas dihukum. Namun Yesus Kristus telah menanggung hukuman yang sepantasnya saya tanggung sehingga dengan beriman kepadaNya saya dapat diampuni. Saya bertobat dari dosa-dosa saya dan percaya kepadaMu untuk menerima keselamatan. Terima kasih untuk anugerah dan pengampunanMu yang ajaib, karunia hidup kekal! Amin! April 18, 2015 Pertanyaan: Apa itu orang Kristen? Jawaban: Kamus Webster mendefinisikan orang Kristen sebagai “orang yang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Kristus, atau percaya kepada agama yang berdasarkan pengajaran Yesus.” Walaupun ini adalah titik tolak yang bagus dalam memahami apa itu orang Kristen, sebagaimana banyak definisi sekular lainnya, definisi ini kurang dapat menjelaskan kebenaran Alkitab mengenai apa artinya menjadi seorang Kristen. Kata “Kristen” digunakan tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kisah Rasul 11:26; 26:28; 1 Petrus 4:16). Para pengikut Yesus Kristus pertama kali digelari “Kristen” di Antiokhia (Kisah Rasul 11:26) karena kelakuan mereka, kegiatan dan kata-kata mereka yang seperti Kristus. Pada mulanya istilah ini dipakai oleh orang-orang tidak percaya di Antiokhia sebagai ejekan dan penghinaan terhadap orang-orang Kristen. Secara harafiah istilah tsb berarti “menjadi bagian dari kelompok Kristus” atau “pengikut Kristus,” yang mirip artinya dengan definisi dalam Kamus Wesbter. Sayangnya, setelah sekian waktu lamanya, kata “Kristen” telah kehilangan sebagian besar dari maknanya dan sering dipergunakan untuk seseorang yang beragama atau yang memiliki nilai-nilai moral yang tinggi, dan bukan dipakai untuk pengikut Yesus Kristus yang sudah betul-betul lahir kembali. Banyak orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus menganggap mereka orang-orang Kristen hanya karena mereka ke gereja atau karena mereka tinggal di negara “Kristen”. Pergi ke gereja, membantu orang-orang yang kurang beruntung, menjadi orang baik, semua itu tidak menjadikan Anda orang Kristen. Seperti dikatakan oleh seorang penginjil, “Pergi ke gereja tidak membuat orang jadi orang Kristen, sama seperti masuk ke garasi tidak membuat orang jadi mobil.” Menjadi anggota gereja, mengikuti kebaktian secara teratur dan menyumbang untuk gereja tidak membuat Anda menjadi orang Kristen. Alkitab mengajarkan kita bahwa perbuatan-perbuatan baik kita tidak dapat membuat kita diterima oleh Tuhan. Titus 3:5 mengatakan, “bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.” Jadi orang Kristen adalah seorang yang sudah dilahirkan kembali oleh Allah (Yohanes 3:3; 3:7; 1 Peter 1:23) dan yang telah menempatkan iman dan percaya mereka di dalam Yesus Kristus. Efesus 2:8 mengatakan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” Seorang Kristen yang sejati adalah seseorang yang telah meninggalkan dosa-dosanya dan menempatkan iman dan percayanya hanya kepada Yesus Kristus. Kepercayaannya bukanlah kepada agama atau ajaran-ajaran moral, atau apa yang boleh dan tidak boleh. Seorang Kristen yang sejati adalah seorang yang telah menempatkan iman dan percayanya kepada Yesus Kristus, dan bahwa Dia telah mati di salib sebagai pembayaran dosa, dan bangkit kembali pada hari ketiga untuk mendapatkan kemenangan atas kematian dan memberi hidup kekal kepada setiap orang yang percaya kepadaNya. Yohanes 1:12 memberitahu kita, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Seorang Kristen yang sejati sesungguhnya adalah seorang anak Allah, anggota dari keluarga Allah, dan seorang yang telah diberikan hidup baru di dalam Kristus. Tanda dari orang Kristen yang sejati adalah kasihnya kepada sesamanya dan ketaatannya kepada Firman Tuhan (1 Yohanes 2:4; 1 Yohanes 2:10). April 17, 2015 PERNAH RAGU KESELAMATAN ANDA !!!! 28 Dan kita tahu bahwa bagi mereka yang mengasihi Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 29 Bagi yang ia dari semula ia juga ditakdirkan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya ia bisa menjadi yang sulung di antara banyak saudara. 30 Dan orang-orang yang ia ditakdirkan ia juga disebut, dan orang-orang yang ia sebut dia juga dibenarkan, dan orang-orang yang dibenarkan ia juga dimuliakan. - Roma 8: 28-30 Paulus dalam surat kepada jemaat di Roma yang membahas doktrin pembenaran oleh kasih karunia melalui iman, yaitu kebenaran dimana kita diselamatkan. Dan dia membahas dalam semua fitur-fiturnya. Dia berbicara tentang kondisi manusia dalam dosa dalam tiga bab pertama, dan mulai menjelang akhir bab 3 dan semua jalan melalui pasal 7 ia berbicara tentang pembenaran dan buah-buahan yang, atau dampaknya. Kemudian pada pasal 8 ia memberikan kepada kita realitas besar pembenaran yang abadi, bahwa siapa pun yang Tuhan membenarkan Dia memuliakan, bahwa siapa pun yang disimpan pada awalnya akan disimpan pada akhirnya. Dengan kata lain, bahwa kita selamanya aman dan akan bertahan dalam iman sampai akhir. Bahwa kebenaran besar pasal 8 diringkas dalam ayat-ayat. Mereka meringkas seluruh doktrin keamanan kekal. "Siapa pun Tuhan dari semula Ia ditakdirkan, siapa pun dia ditakdirkan Ia menyebut, siapa pun Dia memanggil Dia dibenarkan, dan siapa pun yang Dia membenarkan Dia dimuliakan." Dan tidak ada yang hilang dalam proses dan itu adalah karena "Allah menyebabkan segala sesuatu untuk bekerja sama untuk kebaikan mereka." Itu adalah jumlah teks yang indah ini. Pembenaran adalah kekal. Pembenaran dan karakter yang kekal dijamin untuk percaya oleh kementerian luar biasa dari Roh Kudus yang karyanya diuraikan dalam bab ini. Ini adalah Roh yang mengamankan kita dalam status tidak ada penghukuman. Kami akan pernah dihukum, kita dijamin selamanya dibenarkan dalam status tidak ada kecaman karena pekerjaan Roh Kudus. PERNAH RAGU KESELAMATAN ANDA !!!! Menjadi Perhatian Kebutuhan Orang Lain "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya berdiri di dekatnya, Dia berkata kepada ibu-Nya," Ibu, inilah, anakmu! "(Yohanes 19:26). Tidak peduli apa cobaan yang kita miliki, masih mungkin untuk khawatir untuk kebutuhan orang lain. Sebagai waktu untuk kematian Yesus semakin dekat, kesejahteraan ibunya berada di hati dan pikiran. Perhatian-Nya konsisten dengan apa yang telah kita lihat dalam studi singkat dari beberapa kata-kata terakhir Yesus di kayu salib-Tuhan kita setia dalam pelayanan tidak peduli apa biaya. Berikut objek fokus Yesus bergeser ke sekelompok kecil teman-teman lima di kaki salib-Nya. Dan keluar dari band simpatik ini, yang termasuk murid Yohanes, Salome (ibu John), Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena, perhatian Kristus menarik terutama terhadap Ibunya. Maria, ibu Tuhan kita, mungkin adalah orang yang paling membutuhkan apapun dalam klaster yang berdiri di bawah salib. Dia kemungkinan besar janda saat ini; jika tidak, Yesus tidak akan ditampilkan begitu banyak perhatian khusus bagi kesejahteraan masa depannya. Mary juga melihat dan merasakan pemenuhan nubuat Simeon bahwa jiwanya akan ditusuk karena Yesus (Lukas 2: 34-35). Ditarik ke tempat eksekusi anaknya dengan penuh kasih perhatian dan kesedihan, Mary berdiri dengan orang lain tapi jelas merasa sangat kesepian saat ia menderita diam-diam. Pada saat itu Yesus anggun campur tangan dan mengingatkan Maria bahwa ia harus menganggap Dia tidak terutama sebagai anaknya tetapi sebagai Juruselamatnya. Ketika Yesus memanggil Maria "Perempuan," Dia menggunakan judul hormat. Niatnya hanya untuk melakukan Mary ke perawatan John. Di Kalvari, Kristus mengalami penderitaan salib, beban dosa dunia, dan murka Allah Bapa. Namun melalui semua cobaan-Nya, yang berada di luar pemahaman kita, Yesus mengambil beberapa saat untuk menunjukkan kasih sayang kepada orang lain yang sakit. Itu pola yang harus kita ikuti. Kita tidak boleh begitu kewalahan dengan rasa sakit kita sendiri dan percobaan-dan tentu saja tidak rutin hidup, peduli harian, dan beban-bahwa kita melupakan kebutuhan orang lain. Saran untuk Doa Terima kasih Tuhan untuk contoh yang luar biasa Yesus belas kasih di tengah-tengah keadaan yang paling buruk. Untuk studi lebih lanjut Baca Matius 27:46; Yohanes 19:28; Yohanes 19:30; dan Lukas 23:46. Apa ciri-ciri tambahan yang ini mengungkapkan tentang Yesus? Carilah setidaknya satu contoh yang dapat diterapkan ke kehidupan Anda. April 14, 2015 Seberapa penting adalah pertumbuhan rohani dalam kehidupan Kristen Pertumbuhan rohani adalah proses menjadi lebih dewasa dalam hubungan seseorang dengan Yesus Kristus. Seseorang yang tumbuh secara rohani akan menjadi lebih dan lebih seperti Kristus. The dewasa rohani akan dapat "membedakan yang baik dari yang jahat" (Ibrani 5:14). Pertumbuhan rohani dimulai saat seseorang datang kepada iman dalam Kristus dan harus berlanjut sampai seseorang memasuki kehadiran Kristus setelah kehidupan ini. Pertumbuhan rohani yang diharapkan dari orang percaya. Penulis Ibrani menegur para pembacanya untuk "tidak lagi mencoba [ing] untuk memahami" (Ibrani 5:11 NIV) dan "menjadi masih bayi" (ayat 13). Kritik mengarah ke nasehat: "Oleh karena itu marilah kita meninggalkan ajaran dasar dari Kristus dan menuju kedewasaan" (Ibrani 6: 1) .suatu Rasul Petrus mengatakan, "Tumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus" ( 2 Petrus 3:18). Alkitab menawarkan wawasan berharga bagaimana seorang Kristen dapat bertumbuh secara rohani. Ini adalah kuasa Kristus di dalam orang percaya yang memberi kita kemampuan untuk tumbuh secara rohani (2 Petrus 1: 3; Efesus 3:20). Seperti kita mengandalkan kekuatan-Nya dan mengikuti ajaran-Nya, kita dapat mengembangkan kedewasaan yang lebih besar. Peter menyediakan mengintip proses: "melakukan segala upaya untuk melengkapi iman Anda dengan kebajikan, dan kebajikan dengan pengetahuan, dan pengetahuan dengan kontrol diri, dan pengendalian diri dengan ketabahan, dan ketekunan dengan kesalehan, dan kesalehan dengan kasih sayang persaudaraan, dan kasih sayang persaudaraan dengan cinta Karena jika kualitas ini adalah milikmu dan meningkat, mereka membuat Anda dari menjadi tidak efektif atau tidak berbuah dalam pengetahuan tentang Tuhan kita Yesus Kristus "(2 Petrus 1: 5-8).. Keterlibatan dalam sebuah gereja lokal dan karunia-karunia rohani kita yang sangat berharga bagi perkembangan kematangan (Efesus 4: 11-16). Daripada terombang-ambing oleh setiap doktrin bersalah yang datang, kita dapat berbicara "kebenaran di dalam kasih," sehingga "kita akan dalam segala hal tumbuh menjadi orang yang adalah Kepala, yaitu Kristus" (ayat 15) . Untuk mengevaluasi pertumbuhan rohani, kita dapat mengukur perbaikan kami di "buah Roh." Roh keinginan untuk menghasilkan kualitas ini dalam diri kita: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Galatia 5: 22-23). Apakah kita meningkat dalam kasih? dalam sukacita? dalam kesabaran? Jika demikian, kita tumbuh secara rohani. Kita harus menyadari bahwa pertumbuhan sering datang melalui uji coba. Sama seperti kekuatan fisik dibangun melalui tenaga dan tegang terhadap perlawanan, kekuatan spiritual dikembangkan di masa-masa sulit dalam hidup. "Tidak ada rasa sakit, tidak ada keuntungan," seperti yang mereka katakan. James memberikan dorongan: "anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, saudara-saudaraku, ketika Anda menghadapi pencobaan dari berbagai jenis, untuk Anda tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan Dan biarkan ketabahan memiliki efek penuh, Anda mungkin menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan. dalam apa-apa "(Yakobus 1: 2-4). Karena pertumbuhan datang melalui uji coba, Alkitab juga mengajarkan kita untuk tidak jemu-jemu dalam proses. Perkembangan spiritual banyak adalah hasil dari ketekunan. "Seperti untuk Anda, saudara-saudara, tidak jemu-jemu berbuat baik" (2 Tesalonika 3:13). "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena pada waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menyerah" (Galatia 6: 9). Ini adalah kehendak Tuhan bahwa kita tumbuh menjadi lebih seperti Yesus. Kami juga memiliki janji bahwa Tuhan sendiri akan mengawasi pertumbuhan kami dan membawa kami hingga jatuh tempo. "Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan membawanya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Filipi 1: 6 NIV). "Akhirnya, saudara-saudara, bersukacita Bertujuan untuk restorasi, kenyamanan satu sama lain, setuju dengan satu sama lain, hidup dalam damai,. Dan Allah kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu" (2 Korintus 13:11). April 12, 2015 Pertanyaan: Apa artinya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah? Jawaban: Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:29 dan 1:36, hal ini adalah merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk dosa. Untuk memahami siapakah Kristus dan apa yang Dia lakukan, kita harus memulai dengan Perjanjian Lama yang mengandung nubuat-nubuat mengenai kedatangan Kristus sebagai “korban penebus salah” (Yesaya 53:10). Bahkan sebetulnya seluruh sistim korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang adalah korban yang sempurna yang Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya (Roma 8:3, Ibrani 10). Mempersembahkan domba memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi dan sistim persembahan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis merujuk pada Yesus sebagai “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29), orang-orang Yahudi yang mendengarnya mungkin langsung memikirkan salah satu dari beberapa korban persembahan yang penting. Menjelang Hari Raya Paskah, pikiran yang pertama mungkin adalah korban persembahan Anak Domba Paskah. Hari Raya Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi dan suatu perayaan untuk memperingati saat Allah melepaskan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir. Kenyataannya, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib. Persembahan lain yang melibatkan domba adalah persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Setiap pagi dan petang seekor domba dipersembahkan di Bait Allah bagi dosa-dosa orang banyak (Keluaran 29:38-42). Persembahan sehari-hari ini, sama seperti semua lainnya, sekedar menunjuk kepada persembahan Kristus yang sempurna di atas salib. Kenyataannya saat kematian Yesus di atas salib bertepatan dengan saat korban petang dilakukan di Bait Suci. Orang-orang Yahudi pada waktu itu akan kenal baik dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, yaitu Yeremia dan Yesaya, yang nubuatnya sudah lebih dahulu memberitahukan datangnya seseorang yang akan dituntun “seperti seekor domba ke pembantaian” (Yeremia 11:19, Yesaya 53:7) dan yang penderitaan dan pengorbananNya akan menebus Israel. Sudah barang tentu orang yang dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama ini tidak lain adalah Yesus Kristus, “sang Anak Domba Allah.” Sekalipun konsep mengenai sistim korban persembahan mungkin asing bagi kita pada zaman sekarang, konsep penebusan atau penggantian adalah sesuatu yang dapat kita pahami dengan mudah. Kita tahu bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23) dan bahwa dosa kita memisahkan kita dari Allah. Kita juga tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan tidak seorangpun yang benar di hadapan Allah (Roma 3:23). Karena dosa kita, kita terpisah dari Allah dan kita bersalah di hadapanNya; oleh karena itu, satu-satunya harapan kita adalah kalau Dia bersedia menyediakan jalan untuk kita diperdamaikan dengan diriNya dan itulah yang dilakukanNya dalam mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk mati di salib. Kristus mati untuk menebus dosa dan untuk membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepadaNya. Melalui kematianNya di atas salib sebagai korban yang sempurna untuk dosa dan kebangkitanNya tiga hari kemudian maka kita sekarang dapat memiliki hidup kekal jikalau kita percaya kepadaNya. Fakta bahwa Allah sendiri yang telah menyediakan korban yang menebus atau membayar dosa kita adalah bagian dari kabar baik yang mulia dari Injil yang begitu jelas dinyatakan dalam 1 Petrus 1:18-21, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.” Apakah dosa memiliki pikiran mengganggu? Pemikiran mengganggu adalah tidak disengaja, tidak diinginkan gambar, frase, atau dorongan. Mereka sangat umum; hampir setiap orang memiliki mereka dari waktu ke waktu. Kadang-kadang mereka bersifat kekerasan, lain kali mereka seksual. Seringkali mereka menghujat atau menyebabkan ketakutan besar telah melakukan ritual benar. Mereka bisa sangat membingungkan, terutama ketika mereka benar-benar bertentangan dengan apa yang benar-benar percaya seseorang. Mazmur 139: 2 mengatakan, "Anda tahu ketika aku duduk dan ketika saya bangkit, Anda melihat pikiran saya dari jauh." Tuhan tahu pikiran kita, dan Dia tahu bagaimana substansial mereka dapat (Mazmur 94:11). Tapi kita cenderung lupa bahwa Ia juga tahu maksud di balik pikiran kita. Dia tahu orang fasik akan menghujat nama-Nya "Dalam kebanggaan wajahnya orang fasik tidak mencari dia, semua pikirannya," Tidak ada Tuhan '"(Mazmur 10: 4), tetapi Dia selalu siap untuk mengampuni ( Yesaya 55: 7). Tuhan tahu bahwa orang Kristen dapat memiliki pikiran mengganggu juga. Dia tampak lebih dalam dari gambar sekilas, "... sebab TUHAN mencari semua hati dan memahami setiap rencana dan pikiran," (1 Tawarikh 28: 9). Dia dengan mudah dapat menilai antara pikiran, keyakinan, dan niat (Ibrani 4:12). Tuhan juga memiliki rencana untuk mencegah pikiran mengganggu. Pikiran mengganggu belum tentu dosa, tetapi tindakan kita mengambil mengarah ke pikiran mungkin. Jika kita mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang fasik, pikiran menghujat dan berbahaya akan lebih mungkin untuk datang. Filipi 4: 8 mengatakan, "Jadi akhirnya, saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang indah, apa pun yang terpuji, jika ada keunggulan apapun, jika ada sesuatu yang terpuji, berpikir tentang hal ini. " Dan bahkan jika tindakan kita menyebabkan pikiran, Allah akan penghiburan kita (Mazmur 94:19). Kedua Korintus 10: 3-5 menjelaskan cara mengendalikan pikiran mengganggu. Pertama, santai dan menyadari bahwa pikiran mengganggu tidak bisa sepenuhnya ditaklukkan oleh metode duniawi. Penghujatan spontan dan kecenderungan berbahaya adalah aspek peperangan rohani. Selanjutnya, mengambil pemikiran captive-capture itu, memecahnya, menentukan apakah ada kebenaran di dalamnya, dan mengalahkan kebohongan. Studi dan menghafal Alkitab sehingga Anda dapat siap dengan kebenaran pada saat pikiran muncul. Menganalisis hati Anda sendiri, dan menyerahkan setiap bagian dari Anda yang percaya kebohongan. Berdoa doa Daud dari Mazmur 139: 23-24: "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku Coba saya dan kenallah pikiran-pikiranku Dan melihat apakah ada cara yang pedih dalam diriku, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!!!" Anda mungkin harus melakukan ini banyak, berkali-kali, namun, pada akhirnya, kebohongan harus memudar saat Anda berkonsentrasi pada kebenaran Allah (Mazmur 1: 1-3). Kadang-kadang berulang kali menangkap pikiran dan menyangkal dengan Firman Tuhan tidak bekerja. Kadang-kadang, pikiran mengganggu dapat banyak dan tidak mungkin untuk kontrol. Ini adalah salah satu gejala utama dari gangguan obsesif kompulsif dan gejala kurang banyak gangguan jantung lainnya. Jika pikiran mengganggu sangat melemahkan, orang harus melihat dokter atau konselor yang berkualitas. Tuhan telah memberikan kita dengan dokter yang bisa merawat tubuh serta jiwa, dan kita harus mengambil keuntungan dari keahlian mereka. April 11, 2015 Apa itu dosa? Dosa adalah sulit, topik untuk membahas teologis Karena Kata yang sama dalam bahasa Inggris Mengacu pada beberapa negara yang berbeda. Dalam bentuk yang paling dasar, dosa adalah pelanggaran hukum dan pemberontakan terhadap Allah. Dosa adalah tindakan yang merugikan hubungan kita dengan Tuhan dan / atau orang lain. Hal ini memilih untuk bertindak dengan cara yang menarik kita menjauh dari Tuhan. Dia merancang kita untuk merespon kepada-Nya dengan cara yang sesuai dengan sifat-Nya. Dosa istirahat koneksi, yang menolak hadiah tersebut, dan Tolak Allah. Dosa memasuki dunia saat Adam makan dari pohon Allah dilarang. Kita sekarang berdosa rohani karena "dosa alam" kita warisi dari Adam. Kita dilahirkan dengan sifat dosa dan kecenderungan alami untuk dosa. Kita dilahirkan dengan kecenderungan untuk menolak Allah. Karena identitas kita sebagai keturunan Adam, juga kita bawa "dosa asal." Ini adalah istilah yang berarti keuangan atau hukum mengambil sesuatu yang dimiliki seseorang dan mengkredit ke rekening orang lain. Hal ini hampir seperti menjadi penggemar tim pada tertentu Karena mereka adalah satu-satunya tim di kota. Kami diidentifikasi dengan tim, yang mana dalam hal ini adalah dosa. Tentu saja, dosa JUGA aksi panggilan individu sekarang yang bertentangan dengan hukum Allah. Dosa dapat terwujud dalam berbagai cara. Ibrani 'awonmeans suatu kejahatan atau ketidakadilan Malevolent (1 Samuel 20: 1). Rasha'infers kegelisahan atau sesuatu yang berada di luar kendali (Yesaya 57:21). Chata'is definisi yang paling umum didengar. Ini berarti hilang tanda atau menyimpang dari jalur (Hakim-hakim 20:16). 'Abarmeans untuk melanggar atau melampaui bahwa yang disetujui (Hakim 2:20). Dalam Perjanjian Baru, Yunani hamartiais mirip dengan bahasa Ibrani chata'but ia pergi lebih jauh. Hal ini tidak hanya "hilang tanda," tapi juga dorongan batin atau alam yang disebabkan pelanggaran (Roma 6: 1). Demikian pula, hal itu dapat menjadi kekuatan terorganisir yang sengaja menetapkan tentang menyebabkan seseorang atau kelompok untuk jatuh ke dalam dosa (Roma 6:12). Karena semua dosa adalah penolakan Allah , otoritas-Nya , dan preferensi -Nya , dosa otomatis mengecualikan kita dari hadirat-Nya . Tapi forgivness dosa , serta kasih karunia dan damai dan hidup yang kekal di surga hanya ditemukan di dalam Allah . Kebebasan dari cengkeraman dosa hanya ditemukan di dalam Allah . Mewarisi sifat kita dosa , dosa kita diperhitungkan , dan setiap pilihan kami sedikit definitif memisahkan kita dari Allah . Untungnya , pengorbanan Yesus mencakup semua dosa . Alih-alih dosa asal Adam , kami menerima kebenaran Kristus diperhitungkan ( 2 Korintus 5:21 ) -kita memilih tim lain untuk mengidentifikasi dengan . Sebagai Roh Kudus mendiami kita , sifat dosa kehilangan cengkeramannya , dan kita tidak lagi budak nya. Dan ketika kita melakukan tindakan individual dosa , kami berwenang untuk menghampiri takhta kasih karunia dengan keyakinan ( Ibrani 04:16 ) , mengetahui bahwa yang datang kepada Allah dan mengakui dosa-dosa kita akan memungkinkan kita untuk memperbaharui hubungan kita dengan-Nya . April 9, 2015 Pertanyaan: Dengan adanya berbagai agama, bagaimana saya tahu mana yang benar? |